Trinitas merupakan doktrin orang Kristen yang sangat banyak dibicarakan oleh banyak pihak. Tiga Oknum dalam satu Eksistensi yang memang membuat banyak pihak tidak bisa menerima pandangan tersebut.
Artikel kali ini penulis membuat makalah tentang konsep Allah Tritunggal.
Harapan penulis, para pembaca dapat memahami dan mengerti pembahasan pada artikel ini, dan semoga bisa jadi bahan perbandingan untuk tugas-tugas ataupun referensi lainnya.
Selamat Membaca.
Tuhan Berkati
Foto: Ilustrasi
Foto: Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar tentang Allah, dalam studi
untuk membuktikan keberadaan Allah serta pengenalan akan Allah sepenuhnya
merupakan hal yang mustahil karena manusia terbatas sedangkan Allah tidak
terbatas, Allah itu kekal, kita hanya dapat belajar tentang Allah melalui
penyataan diri-Nya, tanpa Allah yang menyatakan diri-Nya sendiri kepada
manusia, maka untuk mengetahui keberadaan Allah adalah mustahil. Daud berkata
“Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku
mencapainya” (Mazmur 139 : 6). Meskipun untuk mengenal Allah sepenuhnya adalah
sesuatu yang mustahil, tetapi kita perlu mengenal Allah. Tony Evans mengatakan
bahwa “Allah mengundang kita untuk mengenal diri-Nya. Ia ingin supaya kita
memandang seluruh diri-Nya, karena tidak sesuatu lain yang penting apabila
dilepaskan dari Dia”[1].
Dari pernyataan Daud dan Tony Evans dapat disimpulkan bahwa Allah telah memberi
izin kepada kita untuk mempelajari tentang diri-Nya, yaitu keberadaan-Nya,
sifat – sifat-Nya dan karya – karya-Nya yang melampaui akal manusia.
Latar
belakang
Pemahaman setiap orang tentang Allah
berbeda – beda, dan kadang hal tersebut menjadi sebuah polemik yang menimbulkan
perdebatan tentang konsep pemahaman Allah, misalnya saja Plato memiliki
pemahaman bahwa “Allah merupakan akal budi dan sebab dari semua kebaikan di
alam semesta”[2].
Pernyataan Plato disangkal oleh pemahaman tokoh – tokoh aliran Panteisme yang
mengatakan bahwa “zatlah yang merupakan penyebab pikiran dan segala sesuatu
yang hidup”[3].
Namun pandangan – pandangan seperti ini telah ditolak mentah –mentah oleh para
ilmuwan ternama karena tidak ilmiah dan hanya merupakan suatu pemahaman pikiran
saja yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Dalam pandangan berberapa agama
diluar Kristen seperti Islam dan Yahudi, Islam menyatakan bahwa Allah itu esa
atau ahad, seperti itu juga yang diyakini oleh orang Yahudi dalam Ulangan 6 : 4
yang menyatakan bahwa Allah itu Esa. Hal seperti ini juga diyakini oleh orang –
orang Kristen bahwa Allah itu Esa adanya. Tetapi yang membedakan ajaran Kristen
dari agama – agama lain adalah ajaran Kristen menyatakan bahwa Allah itu
Tritunggal tetapi satu adanya. Dr. Agustinus Ruben mengatakan bahwa “
pengajaran tentang Trinitas adalah suatu pelajaran yang sulit dan kadang
membingungkan orang Kristen sendiri terutama dalam menghadapi konteks
masyarakat yang monoteis”[4].
Pandangan Trinitas orang Kristen
banyak mendapat kritikan dari luar agama Kristen khususnya dari khalangan
muslim yang memakai dasar pemahaman
agamanya tentang konsep Allah itu sendiri. Orang Kristen mendasarkan ajaran
Trinitas dengan doktrin dari dalam Alkitab, meskipun istilah Trinitas tidak ada
dalam Alkitab, tetapi banyak ayat – ayat dalam Alkitab yang menyatakan ajaran
Trinitas Kristen (lihat konsep
keberadaan Allah Tritunggal). Tertullianus adalah Bapa gereja yang pertama kali
mencetuskan istilah Trinitas pada tahun 155
- 223 M dengan doktrin Trinitas yang berbunyi “tres personae, una
substantia' yang berarti " tiga pribadi, satu substansi/hakekat"[5].
Yang menjadi masalah adalah bahwa ajaran diluar Kristen seperti Islam yang
mendasarkan ajaran mereka dalam Al-quran yang bertentangan dengan ajaran
Alkitab mengenai Allah selalu mempersalahkan ajaran Kristen tentang Tritunggal
dan menganggap bahwa orang Kristen itu mempunyai tiga Allah, bahkan Allah orang Kristen itu dianggap
diperanakkan. Islam selalu mempersalahkan ajaran Trinitas agama Kristen karena
Islam mempunyai pandangan bahwa Allah yang disembah oleh Kristen dan Yahudi itu
sama dengan Allah yang mereka sembah karena merupakan Allah yang sama disembah
oleh Abraham. Bukan hanya ajaran dari luar Kristen yang menentang dan
mempermasalahkan ajaran Trinitas ini, tetapi juga dari dalam ajaran Kristen
yang mempertentangkan tabiat Kristus, apakah Dia adalah Allah ataukah hanya
manusia? Ireneus mempertahankan bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah[6].
Ireneus mengabaikan bahwa Yesus juga adalah manusia sejati. Hal yang sebaliknya
dinyatakan oleh Origenes yaitu bahwa Kristus berpangkat lebih rendah dari Allah[7].
Jadi ada pertentangan antara kedua tokoh sejarah gereja ini yang menimbulkan
perpecahan didalam tubuh gereja. Ajaran
Trinitas diputuskan pada konsili Nicea (325M) dan Konstantinopel (381M)[8].
Konsili Nicea menyebutkan bahwa Allah Putra sama esensinya dengan Bapa dan
konsili Konstantinopel menekankan keilahian Roh Kudus.[9]
Melalui permasalahan diatas, pemahaman tentang Trinitas harus ditinjau dari
sudut pandang Alkitab sendiri, apakah dalam Alkitab memang ada ajaran Trinitas
ataukah sebaliknya? Dan apa peran dan karya Allah Tritunggal didalam Alkitab?
Pentingnya
Mengerti Ajaran Tentang Trinitas
1. Allah
yang disembah orang kristen adalah Allah yang dikenal dalam satu kodrat yang
menyatakan diri dalam tiga pribadi, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Allah itu
Esa, tetapi mengenai keesaan Allah tidaklah cukup untuk menjelaskan karya keselamatan
Allah. Seluruh rencana keselamatan Allah hanya dapat dipahami dan diimani dalam
hubungan dengan keunikan diri Allah yaitu Trinitas.
2. Iman
kepada Allah Trinitas adalah salah satu keunikan iman Kristen yang membedakannya
dari semua iman agama-agama lain. Tanpa
adanya ajaran Ketrinitasan Allah, perbedaan
antara iman Kristen dengan iman agama-agama lain menjadi kabur atau sama saja.
3. Pengenalan
Trinitas tidak muncul dari pemikiran seorang saja, misalnya bapa – bapa gereja
tetapi bersumber dari Alkitab. Penalaran tentang Trinitas tidak dapat dijangkau
oleh pemikiran atau pemahaman logika manusia, tetapi kita memahaminya lewat penyataan
Allah. Agustinus Ruben mengatakan bahwa “Kebenaran tentang Trinitas bukanlah
suatu kebenaran yang dapat dikenal melalui akal atau istilah yang diciptakan
sebagai hasil kemampuan berpikir manusia[10].
BAB
II DOKTRIN TRINITAS
Pengertian
Trinitas
Secara etimologi, kata
"tritunggal" berasal dari kata Latin trinitas, yang berarti
"yang nomor tiga, tiga serangkai". Kata benda abstrak tersebut
terbentuk dari kata sifat trinus yaitu tiga masing-masing, rangkap tiga. Dalam bahasa Yunani diambil kata Τριάς, yang
artinya "satu set dari tiga" atau "yang nomor tiga"[11].
Jadi Allah Tritunggal adalah satu kesatuan yang terdiri dari tiga rangkap, atau
satu Allah dalam tiga pribadi.
Menurut Harun Hadiwijono “Allah
Tritunggal adalah Allah menyatakan diri-Nya sebagai yang Esa selanjutnya dengan
Firman dan karya-Nya menyatakan dan memperkenalkan diri-Nya sebagai Bapa, Anak
dan Roh Kudus”[12].
Tony Evans berpendapat bahwa Allah Tritunggal adalah bekerja sebagai satu
kesatuan, satu Allah dengan tiga pribadi, setara dalam hakikat biarpun berbeda
fungsi[13].
Dari pendapat kedua tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa Allah Tritunggal
adalah Allah yang Esa menyatakan diri-Nya dalam Tiga pribadi yaitu Bapa, Anak
dan Roh Kudus yang berbeda fungsi tetapi setara dalam hakikat atau kodrat.
Meskipun banyak orang memberikan
definisi tentang Allah Tritunggal beserta dengan ilustrasi logis, tetapi belum
ada definisi dan ilustrasi yang tepat dalam memberikan pengertian tentang Allah
Tritunggal. Maka dari itu untuk mengerti Allah Tritunggal harus berdasar pada
iman atau mengimani Allah Trinitas, khususnya dalam karya penyelamatan Allah.
Konsep
Allah Tritunggal dalam Alkitab
-Perjanjian Lama
Didalam Perjanjian Lama, konsep
Allah Tritunggal muncul pertama kali dalam Kejadian 1 : 1 - 3. Dalam ayat 1 “Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi”. Kata yang diterjemahkan “Allah” ialah Elohim yang berasal dari akar kata
Eloah. Elohim bersifat jamak, sedang Eloah tunggal. Ayat 2 “… dan Roh Allah
melayang – layang di atas permukaan air”, ayat 3 “ Berfirmanlah Allah …. “.
Dari konsep ini muncul Allah, Roh Allah dan Firman Allah yang berperan dalam
penciptaan. Dalam ayat ini sangat jelas gambaran tentang Allah Tritunggal yang
terdiri dari Allah, Firman Allah dan Roh Allah. Dalam Kejadian 1 : 26 “…
baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…”; Kejadian 3 : 22
“… Sesungguhnya manusia itu telah menjadi salah satu dari Kita…”; Kejadian 11 :
7 “Baiklah Kita turun…”. Allah
menunjukkan keberadaan diri-Nya bahwa Dia adalah jamak. Dalam Yesaya 48 : 16
secara samar – samar mengacu kepada Allah Tritunggal, dimana Kristus
pra-penjelmaan berfirman “Tuhan Allah mengutus aku dengan Roh-Nya”, dengan
demikian Allah Bapa dikaitkan dengan Anak dan Roh Kudus[14]. Meskipun Allah itu jamak, tetapi Allah
tidak terdiri atas bagian – bagian tertentu atau dapat diuraikan menjadi bagian
– bagian tertentu seperti manusia yang terdiri dari suatu paduan jasmaniah dan
rohaniah tetapi Allah itu Roh adanya yang tidak dapat diuraikan[15].
Ulangan 6 : 4 dengan jelas menyatakan bahwa Allah itu Esa. Allah itu Esa, satu
adanya yang menyatakan diri dalam tiga oknum, satu dari Allah tidak sama dengan
persatuan dari suami istri, istilah yang
dipakai untuk suami istri ialah bersatu, tetapi Allah adalah satu. Louis
Berkhof mengatakan bahwa “ ketika kita membicarakan tentang Allah Tritunggal
kita senantiasa memandang ketiga pribadi itu dalam satu kesatuan dan pada
kesatuan yang terdiri atas tiga pribadi[16].
-Perjanjian Baru
Penjelasan tentang Allah Tritunggal
mungkin akan lebih jelas jika dilihat dari sudut pandang Perjanjian Baru. Asas
Tritunggal paling jelas dalam Matius 28 : 19, dalam ayat ini jelas sekali
konsep Tritunggal yang terdiri dari Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dalam Yohanes 1 :
1 menyatakan dua oknum, yaitu Firman dan Allah, yang disebut Firman ialah Anak
dan Allah ialah Bapa, tetapi tetap satu. Yohanes 14 : 16 mengindikasikan bahwa
hubungan ketiga oknum adalah sebagai Penghibur.[17]
Dalam surat – surat Paulus, banyak dijelaskan tentang Allah Tritunggal, dalam
II Korintus 13 : 13 dalam ucapan berkat; I Tesalonika 5 : :23 – 24 dalam
pemeliharaan kesucian; Efesus 4 : 4 – 6 dalam bentuk untuk kesatuan,
persekutuan dan pertumbuhan iman jemaat; I Timotius 3 : 16 dalam bentuk
penyataan rahasia dari ketiga oknum. Dengan dukungan dari ayat –ayat diatas
dapat dipahami bahwa Allah itu Tritunggal yang menyatakan diri-Nya dalam tiga
oknum tetapi tetap satu Allah yang adalah sama – sama Penghibur, Memelihara
kesucian, penyataan rahasia dan dalam hubungan persekutuan dan pertumbuhan
jemaat. Allah Tritunggal adalah satu dalam penciptaan, dalam penyelamatan dan
dalam memelihara jemaatnya. Allah Tritunggal tidak berarti bahwa Allah itu ada
tiga, keesaan Allah dapat dilihat dalam I Korintus 8 : 4 dan 6, yang menyatakan
bahwa tidak ada Allah lain dari Allah yang esa yang dari padanya berasal segala
sesuatu.
Karya Oknum – oknum Trinitas
Bapa
Bapa adalah oknum pertama dari Allah
Tritunggal. Didalam Pengakuan Iman Rasuli dijelaskan bahwa karya Bapa itu ialah
Khalik langit dan bumi, yang merupakan Pencipta dari segala yang ada di alam
semesta. Dalam Perjanjian Lama, Allah menunjuk kepada Bapa tetapi juga dipakai
dalam menyatakan ketritunggalan Allah itu sendiri, bahkan dalam hubungan-Nya
dengan bangsa Israel nama Allah menyatakan hubungan teokratis dengan bangsa
Israel di mana Allah sendiri yang berdiri dihadapan Israel[18]. Allah sebagai Tuhan, Raja dan Hakim juga
merupakan Bapa bagi bangsa Israel. Dalam Perjanjian Baru, Bapa memiliki
kehendak-Nya sendiri tetapi kehendak-Nya itu tidak kontradiksi dengan kehendak
Anak dan Roh Kudus, misalnya saja saat Bapa menghendaki karya penyelamatan
didalam Anak dan hal tersebut dilaksanakan oleh Anak dengan penuh ketaatan
kepada Bapa. Melalui Anaklah dinyatakan kehendak Bapa (Yohanes 6 : 27; Roma 1 :
7; Galatia 1 : 1) dan melalui Anaklah Bapa berkenan kepada manusia (Matius 3 :
17; I Yohanes 2 : 1 – 2).
Anak
(Yesus Kristus)
Yesus Kristus adalah oknum kedua
dari Allah Tritunggal. Dalam pengakuan iman rasuli dapat disimpulkan bahwa
karya Yesus adalah sebagai Juruselamat dan Hakim Agung, bahkan sebagai Raja
atas segala raja. Pribadi Yesus merupakan pusat dari Iman Kristen. Meskipun
demikian, pribadi Yesus banyak menimbulkan berbagai macam pendapat yang pada
akhirnya memicu perbedaan pendapat bahkan perdebatan dan perpecahan dalam
gereja. Pertanyaan yang kadang – kadang muncul tentang Yesus adalah apakah
Yesus benar – benar Allah yang datang dari Allah ataukah hanya manusia biasa
yang lahir dari Maria yang diper-Tuhankan oleh orang Kristen?
Dalam Perjanjian Lama, dijelaskan
tentang Allah Anak yaitu yang menyatakan keilahian-Nya , dalam Mazmur 110 : 10;
II Samuel 7 : 14; Mazmur 45 : 7 – 8; Mazmur 2 : 7; bahkan dalam Yesaya 9 : 5, menyatakan langsung
tentang kelahiran Yesus yang adalah Allah yang perkasa. Dalam Perjanjian Baru
pribadi Yesus Kristus dijelaskan tentang keilahian-Nya yaitu sebagai Firman
Allah yang dari mulanya sudah ada bersama – sama dengan Allah (Yohanes 1 :1)
yang dari pada-Nya telah diciptakan segala sesuatu (Kolose 1 : 16). Bukan hanya
keilahian Yesus tetapi juga kemanusiaan-Nya dengan bukti – bukti dari Alkitab,
yaitu Yesus Kristus sangat letih (Yohanes 4 : 6); Yesus tidur (Matius 8:24);
Yesus merasa lapar (Matius 21 : 18); Yesus menangis (Yohanes 11 : 35); bahkan
Yesus mati (Yohanes 19 : 31)[19]. Dalam Perjanjian Baru berbagai pedebatan tentang
keilahian Yesus Kristus banyak muncul yang disebabkan karena Yesus Kristus
dilahirkan secara manusia biasa pada umunya yaitu kelahiran dari rahim Maria,
tetapi harus diketahui bahwa meskipun Yesus Kristus diperanakkan secara natur
manusia, tetapi hal tersebut berdasarkan tindakan supra-natural dari Roh Kudus
dan secara kekal Ia diperanakkan dari Bapa[20].
I Timotius 3 : 16 dan Yohanes 1 : 14 menyatakan tentang inkarnasi Yesus
Kristus, yang dipandang oleh Harun Hadiwijono bahwa ayat – ayat itu menunjukkan
bahwa kelahiran Yesus Kristus adalah suatu kebenaran yang mustahil untuk
diselidiki[21].
Kelahiran Yesus Kristus merupakan kebenaran yang mustahil untuk diselidiki
karena itu merupakan sebuah mujizat terbesar yang dilakukan oleh Allah, yaitu
dari tempat yang bersifat mutlak masuk kedalam dunia relative, dari yang tak
terbatas masuk kedalam dunia yang terbatas, menjadi sama dengan manusia yaitu
ciptaan-Nya sendiri.
Karya Yesus yang paling utama ialah
karya penyelamatan Allah. Harun Hadiwijono melihat karya penyelamatan Yesus
dari berbagai aspek, termasuk karya penyelamatan yang dilakukan Yesus dalam
status kerendahan, yaitu kelahiran-Nya, kesengsaraan-Nya, penyaliban-Nya dan
kematian-Nya[22].
Dan yang paling menarik perhatian adalah kematian-Nya. Apakah Tuhan pernah
mati? Dalam pengakuan iman rasuli kematian Yesus Kristus dinyatakan, tetapi
yang dimaksudkan adalah kematian Yesus Kristus itu adalah karya penyelamatan
Allah sebagai tebusan untuk manusia. Kejadian 2 : 17 dengan jelas menyatakan bahwa hukuman dosa
ialah maut. Harun mengatakan bahwa keadilan Tuhan Allah menuntut kematian
Kristus, supaya Ia menjadi ganti kita[23]. Meskipun
Yesus mati tetapi Dia juga telah bangkit (Markus 16 : 6) yang menandakan bahwa
Yesus Kristus telah menang. Harun Hadiwijono mengatakan bahwa penderitaan di
neraka atau mati yang kekal adalah penderitaan yang terberat[24]
dan Yesus telah menang atas penderitaan itu. Hal inilah yang mendasari iman
Kristen yaitu kebangkitan atau kemenangan Yesus Kristus atas alam maut, yang
memberi pengharapan bahwa kelak di masa mendatang, semua orang kudus telah mati
dalam Yesus Kristus akan dibangkitkan dari tubuh yang busuk dan dari kematian,
dan mereka tidak akan mati lagi karena dibangkitkan oleh kuasa Yesus[25].
Roh Kudus
Roh Kudus adalah oknum ketiga dari
Allah Tritunggal. Dalam pengakuan iman gereja KIBAID, karya Roh Kudus adalah
sebagai Penghibur, Pemimpin, Penolong, Pemberi kuasa, penggerak pada keyakinan,
dan juga yang mengilhamkan Alkitab yang adalah Firman Allah sendiri. Kata yang
digunakan untuk Roh Kudus dalam Perjanjian Lama adalah Ruakh yang dapat
diartikan sebagai angin (Kejadian 8 : 1), nafas (Kejadian 2 : 7) dan roh
(Mazmur 51 : 12). Dalam Perjanjian Baru digunakan kata pneuma yang adalah
bentuk netral atau neuter dalam bahasa Yunani, dan juga dipakai kata ganti
maskulin ekeinos untuk menyebut Roh Kudus (Yohanes 16 : 14; Efesus 1 : 14). Kata
Ruakh dan Pneuma mempunyai arti yang sama dengan bahwa latin spiritus yang
berarti bernafas[26]
. Roh Kudus memiliki pribadi dengan ciri – ciri yang ada padanya yakni
berkehendak (Kisah Rasul 16 : 7), berperasaan (Yesaya 63 : 10). Kata Parakletos juga digunakan untuk Roh Kudus
sebagai Penghibur dan berada sepadan dengan kedudukan Yesus Kristus (Yohanes 14
: 26). Roh Kudus sebagai Pemimpin, Penghibur dan Penolong (Yohanes 14 : 16)
akan mengajar, berdoa untuk orang – orang kudus (Roma 8 : 27) dan bersaksi bersama
– sama dengan roh manusia (Roma 8 : 16). Sebagai Pemberi kuasa, Roh Kudus
member karunia – karunia rohani (I Korintus 12 : 11). Sebagai yang mengilhamkan
Firman Tuhan adalah bahwa Allah sendirilah yang mengilhamkan kepada setiap
orang yang menulis Alkitab melalui perantaraan Roh – Nya yang dijelaskan dalam
II Petrus 1 : 20 – 21.
BAB
III KESIMPULAN
Dari
pembahasan tentang Allah Tritunggal, yakni pengertian serta konsep dan
karya-Nya dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1. Allah
Tritunggal adalah Allah yang Esa menyatakan diri-Nya dalam Tiga pribadi yaitu
Bapa, Anak dan Roh Kudus yang berbeda fungsi tetapi setara dalam hakikat atau
kodrat.
2. Kebenaran
tentang Trinitas bukanlah suatu kebenaran yang dapat dikenal melalui akal atau
istilah yang diciptakan sebagai hasil kemampuan berpikir manusia.
3. Istilah
tentang Trinitas tidak ada didalam Alkitab, tetapi konsep tentang doktrin atau
ajaran Trinitas banyak ditemukan dalam Alkitab.
4. Karya
penyelamatan Allah Tritunggal dinyatakan dalam tiga oknum yaitu Bapa, Anak dan
Roh Kudus dengan peran-Nya masing – masing, yakni Allah Bapa sebagai Perencana,
Anak sebagai Pelaksana dan Roh Kudus sebagai Pengantara yang menyampaikan hasil
penebusan Kristus kepada orang – orang percaya.
Klik Tautaun Di Bawah Ini, Untuk Artikel Lain Oleh Penulis:
Blog Belajar Bersama
Profil Wisudawan STT KIBAID
Kontekstualisasi Rambu Solo’
Contoh Undangan Dies Natalis
EE Evangelis Explotion Bahasa
Toraja
Sejarah Gereja Mula-mula
Renungan Kristen
Blog Kajian Hermeneutik
Analisis Lukas 21
Kajian Hermeneutik Yunus 3:1-10
Blog Kata Motivasi
Tak ada Kata Menyerah
Membangun Pondasi Kesuksesan
Kegagalan yang Suskes
Quotes 2
quotes 1
Blog Music
Dasar Alkitab Musik di Gereja
Blog Paper
Latar Belakang Kitab Kisah Para
Rasul
Tinajuan Alkitab Tentang Dosa
Padanan Kata Tuhan
Tinjauan Etika Terhadap Dosa
Kemarahan
Sosiologi dan BUdaya
Belajar Dari Spiritual Abraham
Perbandingan Agama
Pelayanan Kota
Psikologi Umum
Penginjilan rasul Paulus
PWJ PKP
Pengertian Trinitas
Budaya Sillanan
Mengapa Manusia Beragama
Konsep dan Karya Allah Tritunggal
Blog PDF
PDF Konsep Penyembahan dalam
Yohanes 4
PDF Kehidupan dan Pelayanan
Daniel
Blog PPT
PPT Penginjilan STT Kibaid
PPT Kitab Filemon
PPT Trinitas
Blog Renungan Kristen
Khotbah: Menabur Dengan Air Mata
Khotbah Topikla Pemimpin Kristen
Yang Berhasil
Khotbah Tekstual: Doa yang
Didiengar Oleh Allah
https://blogrenungankristenbyerwin.blogspot.com/2020/05/khotbah-tekstual-doa-yang-didengar-oleh.html
Khotbah Topikal: SOP dalam Akhir
Zaman
https://blogrenungankristenbyerwin.blogspot.com/2020/05/khotbah-topikal-1-kor-44-5-mat-2413-why.html
Renungan Kristen: Saksi Iman
[1]
Tony Evans, Teologi Allah, (Malang : Gandum Mas 1999), 17.
[2]
Henry C. Thiesen, Teologi Sistematika, (Malang : Gandum Mas 2015), 35.
[3]
Ibid, 53.
[4]
Agustinus Ruben, Buku Ajar Pembimbing Teologi sistematika (Makale : STT Kibaid
2008), 50.
[5]
Sarapanpagi.org/doktrin-trinitas-vt19.html, diakses dari internet tanggal 18
September 2016.
[6]
Van Den End, Harta Dalam Bejana ( Jakarta : BPK Gunung Mulia 1998), 68.
[7]
Van Den End, ibid, 70.
[8]
Van Den End, ibid, 68.
[9]
Louis Berkhof, Doktrin Allah ( Surabaya : Momentum 2013), 142.
[10]
Agustinus Ruben, Op. Cit, 50.
[11]
Tritunggal - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm, diakses
tanggal 18 September 2016.
[12]
Harun Hadiwijono, Iman Kristen ( Jakarta : BPK Gunung Mulia 2015), 103.
[13]
Tony Evans, Op. Cit, 61.
[14]
Tony Evans, Op. Cit, 61
[15]
Henry C. Thiesen, Op. Cit, 137.
[16]
Louis Berkhof, Op. Cit, 145.
[18]
Louis Berkhof, Op. Cit, 158.
[19]
J.Wesley Brill, Dasar yang Teguh (Bandung : Kalam Hidup 1992), 89.
[20]
Louis Berkhof, Op.Cit, 161.
[21]
Harun Hadiwijono, Op. Cit, 328.
[22]
Harun Hadiwijono, Ibid, 329.
[23]
Harun Hadiwijono, Ibid, 334.
[24]
Harun Hadiwijono, Ibid,337.
[25]
Henry C. Thiesen, Op. Cit, 144.
[26]
Louis Berkhof, Op.Cit, 167.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar