Kalau kita berbicara tentang sosiologi, berarti kita berbicara tentang sebuah relasi atau hubungan. Relasi itu berkaitan dengan sesama sebagai mahkluk sosial.
Nah, oleh karena itu penulis berharap melalui lewat artikel ini dapat membantu rekan-rekan dan bisa juga menjadi bahan perbandingan dalam menyusus makalah atau tugas lain.
Selamat Membaca, Menyimak, dan Semoga Dipahami dengan baik.
Tuhan Berkati :)
Note: Makalah ini dibuat sewaktu penulis mengikuti mata kuliah "SOSIOLOGI" di STT Kibaid Makale
BAB I
PENDAHULUAN
Kalau kita berbicara tentang kebudayaan maka tidak terlepas dari masyarakat yang hidup di dalamnya karena masyarakat adalah kumpulan manusia yang luas dan terikat oleh kebudayaan yang sama yang dimilikinya sejak lahir dan juga masyarakat dan kebudayaan merupakan suatu dwitunggal yang tak dapat dipisahkan. Stepen Tong mengatakan, “Begitu manusia lahir, dia sudah mempunyai sifat agama dan budaya.[1]Artinya bahwa sejak manusia itu lahir maka ia sudah berbudaya.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang sering membicarakan tentang kebudayaan dan dalam kehidupan setiap manusia selalu berurusan dengan kebudayaan dan bahkan juga terkadang manusia secara tidak sadar telah merusak kebudayaan itu sendiri.Oleh sebab itu maka tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan karena masyarakat dan budaya itu saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Kata “kebudayaan” berasal dari Sansekerta “buddhaya” yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Peter Salim dan Yenny Salim mengatakan, “Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah laku.[2]
E.B Taylor mengatakan, “Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.[3]
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengatakan, “Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.[4]Lanjut selo Soemarjdan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.[5]
Istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata Latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani.Dari asal arti tersebut, yaitu colere, diartikan segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.”[6]
Alkitab mengatakan, “Kebudayaan artinya mengolah, mengusahakan dan mengerjakan tanah atau bertani (Kej.1:28). Itu berarti bahwa manusia diciptakan untuk menjadi makhluk yang berbudaya.
D. A Carson dan John D. Woodbridge menjelaskan tentang kebudayaan sebagai berikut:
Kebudayaan adalah “pertunjukan” dari keyakinan dan nilai-nilai utama seseorang, atau suatu cara konkrik untuk “mementaskan” agama. Setiap orang adalah aktor yang memakai kostum kebudayaan dan sejarah, dan harus pula berada dalam adegan yang dikondisikan oleh budaya dan sejarah.Mereka tidak diberi naskah, tetapi diberi bahasa tertentu, kebudayaan adalah lingkungan dimana seseorang memerankan adegan ketika berada di atas pentas. Lingkungan kebudayaan memepengaruhi dan mengkondisikan apa yang dilihat, dikatakan dan dilakukan aktor. Jika dunia adalah panggung, kebudayaan adalah perkakas yang memenuhi panggung itu.”[7]
Jadi kesimpulannyaadalah bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil cipta manusia yang telah menjadi kebiasaan-kebiasaan dalam suatu masyarakat tertentu.
BAB II
SIFAT HAKIKAT KEBUDAYAAN
Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu sama lainnya, akan tetapi setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan di mana pun juga. Salah satu contohnya adalah Bangsa Indonesia, Malaysia, dan Eropa mempunyai kebudayaan (bersifat universal). Akan tetapi, msing-masing bangsa mempunyai latar belakang sendiri-sendiri.Bahkan di Indonesia ada bermacam-macam suku bangsa, dan setiap suku bangsa mempunyai ciri-ciri kebudayaan tersendiri yang sesuai dengan latar-belakang masing-masing.
Robin M. Williams menguraikan beberapa sifat hakikat kebudayaan sebagai berikut:”[8]
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang diizinkan. .
Hakikat kebudayaan yang lainnya adalah bahwa kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia, kebudayaan itu ada sebelum generasi lahir dan kebudayaan itu tidak dapat hilang setelah generasi tidak ada,kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya dan kebudayaan mencakup aturan-aturan yang memberikan kewajiban kewajiban.”[9]Jadi dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat kebudayaan adalah sesuatu yang berisi kewajiban-kewajiban yang mendahului suatu generasi tertentu dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
Selain daripada itu untuk lebih jauh lagibelajar tentang hakikat kebudayaan yang merupakan ciri atau sifat yang esensial setiap kebudayaan,maka terlebih dahulu harus memecahkan pertentangan yang ada di dalamnya.
Menville J. Herskovits, sebagaimana yang dikutip oleh Soerjono Soekanto mengatakan,
1. Di dalam pengalaman manusia, kebudayaan bersifat universal. Akan tetapi, perwujudan kebudayaan mempunyai ciri-ciri khusus yang sesuai dengan situasi maupun lokasinya. Apabila seseorang dari masyarakat tertentu berhubungan dengan seseorang yang menjadi anggota masyarakat yang berlainan, dia akan sadar bahwa adat istiadat keduamasyarakat itu tidak sama. Hal ini disebabkan pendukung kebudayaan tersebut yaitu kedua masyarakat tadi mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda satu dengan yang lainnya. Artinya, perbedaan kedua kebudayaan tersebut teletak pada perbedaan latar belakangnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sifat universal kebudayaan memungkinkan berwujudnya kebudayaan yang berbeda, tergantung pada pengalaman pendukungnya, yaitu masyarakat.
2. Kebudayaan bersifat stabil di samping juga dinamis dan setiapkebudayaan mengalami perubahan-perubahan yang kontinu. Setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan atau perkembangan-perkembangan. Hanya kebudayaan yang mati saja yang bersifat statis. Dengan demikian, dalam mempelajari kebudayaan harus selalu harus diperhatikan hubungan antara unsur yang stabil dengan unsur-unsur yang mengalami perubahan.
3. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walupun hal itu jarang disadari oleh manusia sendiri. Gejala tersebut secara singkat dapat diterangkan dengan penjelasan bahwa walaupun kebudayaan merupakan atribut manusia. Namun, tak mungkin seseorang mengetahuidan meyakini seluruh unsur kebudayaannya. Betapa sulitnya bagi seorang individu untuk menguasai seluruh unsur kebudayaan yang didukung oleh masyarakat sehingga seolah-olah kebudayaan dapat dipelajari secara terpisah dari manusia yang menjadi pendukungnya.”[10]
Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah yang akan kita hadapi ketika kita mau mempelajari tentang hakikat kebudayaan adalah adanya perbedaan latar belakang suatu masyarakat tertentu yang itu tergantung dari pengalaman masyarakatnya sendiri dan juga memperhatikan hubungan antara unsur stabil dan unsur yang mengalami perubahan meskipun tidak semua unsur kebudayaan itu diketahui semuanya.
BAB III
UNSUR DAN FUNGSI KEBUDAYAAN
Kebudayaan setiap bangsa atau daerah tertentu pasti memiliki unsurserta fungsi yang merupakan kebulatan yang sifatnya satu kesatuan. Melville J. Herkovits mengajukan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu:
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik[11]
Bronislaw Malinowski, yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori fungsional dalam antropologi, menyebutkan unsur-unsur pokok kebudayaan, antara lain:
1. Sistem norma yang menungkinkan kerja sama antar para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya,
2. Organisasi ekonomi,
3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama,
4. Organisasi kekuatan.[12]
Masing-masing dari unsur-unsur yang ada ini kemudian diklasifikasikan dalam apa yang disebut sebagai cultural universals. Soejono Soekanto mengatakan, “Tujuan dari klasifikasi ini adalah untuk kepentingan ilmiah dan analisisnya diklasisifikasikanlah ke dalam unsur-unsur pokok kebudayaan yang sifatnya besar yang disebut cultural universal.[13]
Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor, dan sebagainya;
2. Mata pencaharian hidup dan system-sistem ekonomi (pertanian peternakan, sistem produksi, system distribusi dan sebagainya.);
3. System kemasyarakatan (system kekerabatan, organisasi politik, system hokum, system perkawinan);
4. Bahasa (lisan maupun tertulis);
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya);
6. Sistem pengetahuan;
7. Religi (system kepercayaan)[14]
Kalau berbicara mengenai fungsi kebudayaan adalah bahwa kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, sebab kebudayaan adalah suatu kebiasaan yang tidak akan bisa dipisahkan dari manusia yang ada di dalamnya. Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap dalam hubungannya dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.Selain daripada itu Kebudayaan juga berfungsi sebagai suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompok, wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya, pembimbing kehidupan manusia, pembeda antara manusia dan binatang.[15]
Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri yang tidak selalu baik baginya.Kecuali manusia itu dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil.Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas, untuk sebagian besar dipenuhi olch kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.Dikatakan sebagian besar oleh karena kemampuan manusia adalah terbatas, dan dengan demikian kemampuan kebudayaan yang merupakan basil ciptaannya juga terbatas dalam memenuhi kebutuhan.Hasil karsa masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama untuk melindungi masyarakat yang ada di dalamnya.Dalam tindakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam pada taraf permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di dalam batas-batas untuk melindungi dirinya.Taraf tersebut masih banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang hingga kini masih rendah taraf kebudayaannya.Misalnya kita mengmbil contoh yaitu suku bangsa Kubu yang tinggal di pedalaman daerah Jambi, masih bersikap menyerah terhadap lingkungan alamnya.Rata-rata mereka itu masih merupakan masyarakat yang belum mempunyai tempat tinggal tetap, hal ini disebabkan karena persediaan bahan pangan semata-mata tergantung dari lingkungan alam. Artinya bahwa apa yang disediakan oleh alam itu pula yang menjadi kebutuhan hidupnya.Taraf teknologi mereka belum mencapai tingkatan di mana manusia diberikan kemungkinan-kemungkinan untuk memanfaatkan dan menguasai lingkungannya.
Berbeda dengan masyarakat yang sudah maju serta kompleks adanya, di mana taraf kebudayaannya lebih tinggi.Hasil karya manusia tersebut, seperti teknologi yang memberikan kemungkinan-kemungkinan yang sangat luas untuk memanfaatkan hasil-hasil alam serta mungkin bisamenguasai alam walaupun tidak sepenuhnya.Sebagai contohnya yaituperkembangan teknologi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Jerman merupakan masyarakat yang sudah aktif dalam menghadapi kondisi alam sekitarnya.[16]
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan sangatlah penting sebab kebudayaan bisa menjadi pelindung bagi masyarakat yang ada di dalamnya secara khusus teknologi yang sangat membantu permasalahan yang dihadapi oleh manusia.
BAB IV
KESIMPULAN
Kebudayaan adalah suatu hasil cipta, karya dan karsa dalam suatu wilayah tertentu yang sudah merupakan suatu kebiasaan oleh sejumlah masyarakat yang ada di dalamnya dan memiliki sifat atau hakikat yang bersifat universal karena itu berlaku bagi kebudayaan mana pun yaitu kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia, kebudayaan itu ada sebelum generasi lahir dan kebudayaan itu tidak dapat hilang setelah generasi tidak ada, kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya dan kebudayaan mencakup aturan-aturan yang memberikan kewajiban kewajibanserta juga memiliki unsur dan fungsi yaitu mengatur setia tingkah laku manusia.
KEPUSTAKAAN
Alkitab
Alkitab, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003.
Buku-Buku
Carson, D.A dan Woodbridge, John D. God and Culture.Surabaya: Momentum, 2002.
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi. Jakarta: Penerbit Universitas, 1965.
Koetjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia dalam Pembangunan.Jakarta: Djambatan, 1971.
Salim, Peter dan Salim,Yenny. Jakarta: Modern English Press, 1995.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1982.
Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soelaeman,Setangkai Bunga Sosiologi.Jakarta: Penerbit Universitas, 1964.
Stepen, Tong, Dosa dan Kebudayaan Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997.
Taylor, E.B,Primitiv Culture. New York: Brentano’s, 1924.
Williams, Robin M.,Jr. American Society, Sosiological Interpretation .New York: Alfred A. Knopf. 1967.
Internet
http://ilmu-budayadasar.blogspot.com/2012/12/unsur-fungsi-hakikat-dan-sifat.html diakses 8 November 2016.
http://fajarmaulanablog.wordpress.com/2012/11/20/pengertian-hakikat-ilmu-budaya-dasar-hubunga-kebudayaan-dengan-teknologi/diakses 8 November 2016.
http://pengantar-sosiologi.blogspot.com/2009/04/bab-7-kebudayaan-dan-masyarakat.html diakses tanggal 28 Oktober 2016.
PERANAN KEBUDAYAAN DALAM MASYARAKAT
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
FRERIANUS ERWIN
DOSEN: Pdt. ARIS RANDAN, M.Div.
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI KIBAID
MAKALE
2016/2017
DAFTAR ISI
BAB:
I. PENDAHULUAN............................................................................................... 1
II. SIFAT KEBUDAYAAN.................................................................................... 4
III. UNSUR DAN FUNGSI KEBUDAYAAN........................................................ 7
IV. KESIMPULAN.................................................................................................... 11
[1]Stepen Tong, Dosa dan Kebudayaan (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997), 10.
[2]Peter Salim dan Yenny Salim, (Jakarta: Modern English Press, 1995), 227.
[3]E.B. Taylor, Primitiv Culture, (New York: Brentano’s, 1924), 1.
[4]Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Penerbit Universitas, 1964), 113.
[5]Ibid., 113.
[6]Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Penerbit Universitas, 1965), 77-78.
[7]D. A Carson dan John D. Woodbridge, God and Culture, (Surabaya: Momentum, 2002), 2.
[8]Robin M. Williams, Jr. American Society, Sosiological Inerpretation (New York: Alfred A. Knopf. 1967), 19.
[9]http://ilmu-budayadasar.blogspot.com/2012/12/unsur-fungsi-hakikat-dan-sifat.html diakses 8 November 2016.
[10]Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1982), 160-161.
[11]Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, op.cit.,78.
[12]Koetjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia dalam Pembangunan, (Jakarta: Djambatan, 1971), 115-116.
[13]Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1982), 154.
[14]Ibid.
[16]http://pengantar-sosiologi.blogspot.com/2009/04/bab-7-kebudayaan-dan-masyarakat.html diakses tanggal 28 Oktober 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar