Selasa, 15 Oktober 2019

Suatu Perbandingan Antar Agama By Erwin

Syalom...
Pada artikel kali, penulis membahas mengenai kaitan atau studi tentang agama-agama yang pada umumnya diakui di Indonesia.

Nah, berbicara tentang perbandingan agama, bukan berarti penulis ingin membandingkan agama untuk hal mencari kelemahan dan kelebihan masing-masing agama dan saling menjatuhkan, tapi lewat makalah ini harapan penulis, para pembaca dapat mengerti keunikan kepercayaan masing-masing sehingga saling menjaga kepercayaan masing-masing.

Selamat membaca, menyimak, dan semoga dapat dipahami denga baik.

Tuhan Berkati:) 

Note; Penulis membuat makalah ini ketika penulis mengikuti perkuliahan di Sekolah Tinggi Teologi Kibaid Makale !!!




MAKALAH PERBANDINGAN AGAMA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Frerianus Erwin
NIRM:
1501213
DOSEN:
Pdt. Firdaus Kurang, M.Th.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI KIBAID
MAKALE

2017/2018



Bab I
Latar Belakang
Kita perlu mempelajari semua ilmu agama dan teologi agama-agama. Tidak ada agama lain pun di dunia ini yang begitu jelas diterangkan menurut penanggalan historis. bila kita membandingkan dengan agama Kristen. Pekabaran Injil bagi kita orang Kristen. semuanya jelas dan terikat kepada tanggla dan waktu tertentu yang bersifat historis.
Agama adalah  ajaran. sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.[1] Banyak agama memiliki narasi. simbol. dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan/atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang sifat manusia. orang memperoleh moralitas. etika. hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan. ada sekitar 4.200 agama di dunia.    
  Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku. kependetaan. definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan. tempat-tempat suci. dan kitab suci. Praktek agama juga dapat mencakup ritual. khotbah. peringatan atau pemujaan tuhan. dewa atau dewi. pengorbanan. festival. pesta. trance. inisiasi. jasa penguburan. layanan pernikahan. meditasi. doa. musik. seni. tari. masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.[2]
Di dunia ini sesuai dengan realita yang ada Tuhan menurunkan berbagai macam agama dan manusia bebas untuk memilh agama-agama yang ada namun pada dasarnya semua agama bertujuan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa. Namun ada juga diantara manusia yang menyatakan bahwa dirinya tidak percaya terhadap tuhan yang disebut atheis. Saat ini penulis akan memfokuskan pada agama primitive sebagai perbandingan dan juga dalam hal pengajarannya dan dampaknay terhadap pekabran Injil masa kini.
 Untuk membantu memahami perihal agama Primitif (Suku) dan bentuk-bentuknya serta pengaruhnya terhadap Pekabaran Injil itulah penulis membuat makalah dengan judul “ Pengaruh Pengajaran Agama Primitif Terhadap Perkembangan Injil Masa Kini”


Bab II
Pengertian Agama Primitif dan Bentuk-bentuknya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI) kata primitif yaitu keadaan yg sangat sederhana; belum maju (tt peradaban; terbelakang): kebudayaan.[3]
      Primitive ialah susunan tertentu budi manusia. suatu cara tertentu di dalam mengalami dan mendekati dunia dan tuhan. suatu pandangan tertentu terhadap segala kehidupan di sekeliling manusia dan suatu mentlaitas atau sikap rohani yang tertentu.[4]
E. Pritchard menyatakan bahwa agama primitif merupakan bagian dari agama pada umumnya. Bahkan. semua orang yang berminat pada agama harus mengakui suatu studi tentang pandangan dan praktek keagamaan pada masyarakat primitif yang beraneka ragam coraknya.[5]
Apabila dilihat dari segi sudut pandangnya. Islam. Kristen. Hindu dan agama-agama lainnya dapat dikategorikan sebagai agama primitif. atau berawal dari praktek-praktek agama primitif. mungkin agama ini berkembang dari agama yang kecil menjadi besar. yang dalam kurun waktu yang sangat lama tejadilah perkambanagn agama tersebut.
Banyak di jumpai sistem ritual. kepercayaan dan etika-etika manusia primitif misalnya. dinamisme. fetitisme. dan lain-lain yang dimana kesemuanya itu merupakan nama-nama ilmiah bagi suatu jenis keagamaan. agama primitif sendiri tidak mengenal adanaya isme-isme. kecuali orang yang memeluk agama Islam ia akan menyebut dirirnya muslim. sedangkan orang primitif tigak mengenal apakah dirinya animisme. dinamisme atau sebagainya.[6]
Setelah melihat uraian diatas dapat dikatakan bahwa masyarakat primitif berpadangan bahwa dunia dan alam sekitarnya bukanlah objek sebagai subjek. lain halnya dengan masyarakat modern memandang dirinya sebagai subjek sedangkan alam sebagai objeknya. Akibat dari tidak bisanya membedakan antara subjek dan objek antara manusia dan alam sektitarnya. akhirnya masyarakat primitif memandang sakral terhadap sesuatu yang dapat menimbulkan manfaat. kebaikan dan bencana. sebagai contoh apabila ada yang sakit mereka lebih mempercayai dukun dari pada dokter.
Oleh karena itu upacara-upacara keagamaan mewarnai aktivitas kehidupan mereka. seperti pada saat membuka sawah. ladang. perkawinan. serta perbuatan-perbuatan lainnya. Dalam setiap upacara memiliki mite-nya tersendiri. yang mempunyai suatu naskah atau skenario dari seluruh perbuatan manusia yang harus dilakukan pada setiap upacara dalam hidupnya.
Agama-agama primitif meskipun disana sini bersifat sinkretis (antara dua aliran). pada hakekatnya sangat berbeda-beda karena telah bercampurnya bebagai unsur. Satu contoh adalah beberapa agama yang bersifat demonistis (kepercayaan dan pemujaan terhadap roh) tetapi ada agama yang sama sekali tidak mengandung unsur-unsur demonisme. Demikian pula ada daerah tertentu yang tak mengenal totemisme. tetapi didaerah lain ada sisa-sisa toteisme yang tidak jelas dan sukar ditetapkan.[7]
Bentuk-bentuk agama Primitif
Dari pemikirian inilah kemudian lahir animisme. dinamisme. politeisme. henoteisme. dan monoteisme yang sekarang dikatagorikan sebagai kepercayaan dan kadang-kadang disebut sebagai agama alami.  
Manusia pada dasarnya memerlukan suatu bentuk kepercayaan kepada kekuatan ghaib. Kepercayaan ini akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup budayanya. Nilai-nilai itu kemudian melembaga  dalam tradisi-tradisi yang diwariskan turun-temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya.[8] Karena itu. tradisi sangat sulit berubanya dan kalau pn berubah sangat lambat.
1.    Agama Dinamisme ialah : Agama yang mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Dalam faham ini ada benda – benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan berpengaruh pada kehidupan manusia sehari – hari. Kekuatan gaib itu ada yang bersifat baik dan ada pula yang bersifat jahat. Dan dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut ‘mana’ dan dalam bahasa Indonesia ‘tuah atau sakti’.[9]
2.  Agama Animisme ialah : Agama yang mengajarkan bahwa tiap – tiap benda. baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa. mempunyai roh. Bagi masyarakat primitif roh masih tersusun dari materi yang halus sekali yang dekat menyerupai uap atau udara. Roh dari benda – benda tertentu adakalanya mempunyai pengaruh yang dasyat terhadap kehidupan manusia. Misalnya : Hutan yang lebat. pohon besar dan ber daun lebat. gua yang gelap dll.[10]
3. Agama Monoteisme ialah : Adanya pengakuan yang hakiki bahwa Tuhan satu. Tuhan Maha Esa. Pencipta alam semesta dan seluruh isi kehidupan ini baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
4. Agama Politeisme ialah : mengandung kepercayaan kepada dewa-dewa. Dewa-dewa dalam politeisme talah mempunyai tugas-tugas tertentu. Tujuan beragama dalam politeisme bukan hanya memberi sesajen atau persembahan kepada dewa-dewa itu. tetapi juga menyembah dan berdoa kepada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan.
Persamaan dari agama-agama primitif tersebut adalah manusia membujuk kekuatan supernatural dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia.[11]

Bab III
Pengaruh Pengajaran Agama Primitif Terhadap Perkembangan Injil Masa Kini
Secara umum. agama merupakan alat untuk membawa kedamaian dan kepuasan jiwa. kenyamanan jiwa dengan keyakinan tertentu. Banyak orang sepakat bahwa perlu ada cara duniawi untuk memberikan kedamaian cita. Namun. jika berbicara mengenai sebuah jalan untuk memberikan kedamaian cita berdasarkan keyakinan. akan ada dua kelompok agama yaitu keyakinan tanpa filsafat dan keyakinan dengan filsafat.[12]
 Di zaman purbakala. orang menggunakan keyakinan untuk memberikan harapan dan kenyamanan saat mereka menghadapi keadaan-keadaan yang runyam. Dalam keadaan semacam itu. kepercayaan menyediakan harapan.[13] Sebagai contoh. dengan adanya cahaya kita merasa lebih aman. Sumber cahaya adalah matahari. sehingga matahari merupakan sesuatu yang suci bagi penyembah matahari. Api menyediakan kenyamanan saat kita kedinginan dan oleh karenanya dianggap sebagai sesuatu yang baik. Api kadang kala datang dari kilat yang misterius dan oleh karenanya api dan kilat dianggap sama-sama suci. Itu adalah kepercayaan primitif tanpa filsafat.
Agama-agama Timur Tengah; Yahudi. Kristen. dan Islam percaya akan adanya akhirat. dan menurut mereka kebenaran tertinggi adalah Tuhan. Tuhan itu pasti mempunyai kekuatan yang tak terbatas dan Tuhan melampaui pengalaman kita. Dan itulah agama teistik. Sedangkan agama non-teistik berpandangan bahwa semua yang datang dari sebab-sebab dan keadaannya sendiri.[14]
Setiap orang selalu mempunyai kecenderungan yang berbeda. Oleh karena itu. di antara umat manusia mempunyai jalan hidup yang berbeda. cara berpikir yang berbeda. Perbedaan-perbedaan itu dipengaruhi oleh lingkungan. geografi dan iklim. Mungkin di zaman purbakala. orang-orang di manapun lebih mirip. Namun sekarang karena perbedaan-perbedaan itu. penting untuk memiliki berbagai pendekatan. Tapi perbedaan filsafat dan pola pikir itu tidak terlalu masalah. Yang terpenting adalah maksud dan tujuannya. Karena semua tradisi utama memiliki praktik yang sama. hanya saja cara dan filsafatnya yang berbeda.
             Oleh karena itu ada beberapa hal yang sangat mendasar bagi agama primitf sehingga menghambat bagi pekabaran Injil masa kini. antara lain:
1.      Adanya keyakinana bahwa  factor-faktor kehiudpan primitive itu mempunyai arti pentng untuk dapat memahami suautu kehiudpan social pada umunya. dan menagatakan bahwa orang yang bertnaggung jawab atas perubahan iklim pemikiran dalam peradaban kitayaitu para pencipta mitos yang besar seperti Darwin. Karl Marx. Engels. Freud. semuanya memperlihatkan minat mereka yang besar terhadap orang-orang primitive dan memanfaaatkan pengetahuan orang-orang primitive itu dalam upaya mereka untuk meykinkan kita bahwa belajar mengenai agama primitive itu penting.[15]
2.      Agama primitive. itu adalah bagian dari agama pada umumnya. dan semua yang berminat terhadap agama haruslah mengakui bahwa suatu studi tentang pandangan dan praktek-praktek keagamaan pada masyarakat primitive yang beraneka ragam coraknya. justru akan menolong kita untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan tertentu tentang hakekat agama pada umumnya. dan oleh sebab itu juga tentang agama-agama positif yang mempunyai sejarh. atau wahyu. termasuk agama Kristen.[16]

Bab IV
Kesimpulan
Istilah primitif atau kebudayaan keadaan yg sangat sederhana; belum maju ) dicirikan pada manusia atau sekelompok orang yang hidup pada waktu lampau. oleh karena itu primitif tidak dilihat sebagai sesuatu yang ada dan hidup pada masa lampau. tetapi dapat saja terjadi pada seseorang pada saat sekarang masyarakat modern.
Agama-agama primitif meskipun disana sini bersifat sinkretis (antara dua aliran). pada hakekatnya sangat berbeda-beda karena telah bercampurnya bebagai unsur. Satu contoh adalah beberapa agama yang bersifat demonistis (kepercayaan dan pemujaan terhadap roh) tetapi ada agama yang sama sekali tidak mengandung unsur-unsur demonisme. Bentuk-bentuk agama primitif yaitu dinamisme. animisme. politeisme. henoteisme. dan monoteisme.
Kehidupan modern ditandai oleh melemahnya pola-pola kehidupan tradisional dan berkembangnya rasionalitas. Masyarakat modern lebih menggunakan perhitungan-perhitungan rasional tentang cara yang paling efektif  dan efisie untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain. masyarakat modern lebih percaya pada perhitungan rasional yang masuk akal dari pada percaya pada nasib atau campur tangan ilahi.




KEPUSTAKAAN
Alkitab:
Lembaga Alkitab Indonesia 2000
Buku-Buku:
Coward Harold. Pluralisme Tantangan Bagi Agama-agama. Yogyakarta: KANISIUS 1999.
Gintings E.P.. Agama Suku Agama Primitf dan Agama Batak Kuno. Bandung: Jurnal Info           Media. 2009.

Hadiwijono Harun. Kebatinan dan Injil. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2009.
Hadiwijono Harun. Religi Suku Murba di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2009.
Honing A.G.. Ilmu Agama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1997.
Knitter Paul F.. Satu Bumi Banyak Agama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2003.
Leeuwen Arend Th. Van. Agama Kristen dalam Sejarah Dunia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.       2011.

Venema H.. Injil Untuk Semua Orang jilid 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1974.
Verkuyl J.. Samakah Semua Agama? Jakarta: Badan Penerbit Kristen 1961.
Kamus:
_______. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Internet:





[1]________, Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v “Agama”
[2] Arend Th. Van Leeuwen, Agama Kristen dalam Sejarah Dunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 114
[3]­­­_________, Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v. “Primitif”
[4] A.G. Honing, Jr, Ilmu Agama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 12.
[6] Paul F. Knitter, satu Bumi Banyak Agama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003) 44-45
[7] E.P. Gintings, Agama Suku Agama Primitf dan Agama Batak Kuno, (Bandung: Jurnal Info Media, 2009), 21.
[8] Harold Coward, Pluralisme Tantangan Bagi Agama-agama, (Yogyakarta: KANISIUS 1999),  168
[9] A.G. Honing Jr. Ilmu Agama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997) 33-34
[10] Ibid,  53
[11] Harold Coward, Pluralisme Tantangan bagi Agama-agama, (Yogyakarta: Kanisius 1999) 27
[12]J. Verkuyl, Samakah Semua Agama? (Jakarta: Badan Penerbit Kristen 1961), 9
[13] Harun Hadiwijono, Religi Suku Murba di Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 2
[14] Paul F. Knitter, satu BumiBanyak Agama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003),  122
[15] Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 140
[16] H. Venema, Injil Untuk semua Orang jilid 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), 210

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latar Belakang Kisah Para Rasul

Latar Belakang Dalam Alkitab terjemahan baru ini disebut “Kisah Para Rasul”. Judul ini dapat kita ikuti jejaknya kembali ke abad yang...