Selasa, 15 Oktober 2019

Makalah PWJ Persekutuan Kaum Pria

Syalom,
Kita akan belajr tentang peran dan fungsi PKP dalam sebuah persekutuan, dimana sebagian besar kita sudah saksikan bahwa PKP sangat jarang mengambil bagian dalam pelayanan yang diberikan.

Nah, kali ini penulis akan membagikan beberapa fungsi yang mungkin bisa dipelajari dan dikembangkan untuk membangkitkan kembali semangat para Kaum Pria dalam mengambil andil  dalam pelayanan.

Artikel terkait klik Disini

NB: Penulis membuat makalah ini ketika masih mengikuti studi di Sekolah Tinggi Teologi Kibaid Makale :) 


DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................ i
Bab I   Pendahuluan.......................................................................................................... 1
Bab II  Pengertian Jemaat Yang Dewasa, Pandangan Alkitab Tentang Kaum Pria, dan Potensi       Kaum Pria Dalam Jemaat.................................................................................................................... 3
a.       Pengertian Tentang Jemaat Yang Bertumbuh ...................................................... 3
b.      Pandangan Alkitab Tentang Kaum Pria................................................................ 3
c.        Potensi Kaum Pria Dalam Jemaat......................................................................... 4
Bab III Rancangan  Pembinaan/ Pendidikan Kaum Pria Dalam Jemaat........................... 9
a.       Lewat Pengajaran.................................................................................................. 9
b.      Lewat Pelayanan khusus (kategorial).................................................................... 9
c.       Lewat Pemuridan................................................................................................ 10
d.       Lewat Kelompok Kecil....................................................................................... 10
e.       Lewat Pelatihan keterampilan hidup................................................................... 10
Bab IV Kesimpulan......................................................................................................... 11
Kepustakaan...................................................................................................................... ii



BAB I
Pendahuluan
Pertumbuhan gereja, merupakan dinamika yang terus menyertai eksistensi gereja di atas muka bumi ini. Gereja telah terbukti selalu menang melintasi masa dan tantangan. Sebab memang pertumbuhan gereja adalah kehendak kekal Kristus yang selalu menang (Mat. 16:18 c.f Rm. 8:31).
Pada masa kini kelompk-kelompok dalam jemaat yang telah terbentuk dan yang telah aktif bergerak dengan baik, pada umumnya adalah Kaum Pelayan (Gembala, Guru Injil, majelis), kaum wanita, Kaum Muda, dan Sekolah Minggu/ Remaja. Banyaknya karya nyata dan membangun yang telah dihasilkan oleh unit-unit jemaat tersebut yang merupakan andil besar bagi pertumbuhan jemaat. Capaian/ hasil-hasil itu menjadi “meterai” Ilahi bahwa Tuhan Yesus Kristus, kepala Gereja memperkenankan kehadiran unit-unit tersebut dalam jemaat.[1]
Sebagai bagian dari Tubuh Kristus, sudahkah kaum laki-laki secara terorganisir dan terstruktur, Pro-aktif bergerak di dalam kehendak Tuhan.[2] Kaum laki-laki perlu mengorganisir diri ke dalam satu struktur pelayanan gereja (lokal), sehingga menjadi satu kekuaton rohani yang akan lebih efektif dalam menuntaskan peran pada pertumbuhan yang Kristus kerjakan atas gereja-Nya.
Menilik tegasnya tanggungjawab dan panggilan kaum laki-laki di dalam gereja, maka wajarlah jika kemudian terbangun harapan besar akan partisipasi dari kaum laki-laki pada berbagai kegiatan rohani, baik di dalam maupun di luar gereja. Dan diantara fakta umum yang dimaksud itu ialah:
Masih kurangnya gereja lokal yang mempersekutukan kaum laki-laki. "Ada persekutuan/ibadat komisi perempuan; persekutuan/ibadah komisi pemuda remaja; persekutuan/ibadah komisi anak dan sebagainya, tetapi mengapa belum ada persekutuan/ibadah komisi laki-laki.” Kurangnya kaum laki-laki yang proaktif dalam kegiatan gereja lokal. "Banyak dari kegiatan dan tugas pelayanan di dalam gereja, seperti ibadah doa puasa, pemuridan, pelayan pujian, kolektan dan lainnya, lebih didominasi kaum perempuan dibanding kaum pria.”
Masih seringnya kaum laki-laki yang mengabaikan fungsi keimaman di dalam keluarga." Sering terlontar alasan karena sudah focus mencari nafkah, maka tugas keimaman pun diserahkan kepada istri. Dan mungkin masih banyak lagi fakta-fakta lain yang teramati terkait belum maksimalnya peran kaum laki-laki di dalam pertumbuhan gereja sesuai dengan situasi dan kondisi lokal di mana kita bergereja. Pada hal kelompok tersebut tidak kalah besar potensinya bagi pengembangan jemaat.
DR. H. Kraemer mengatakan “Kita selalu mengertikan secara axiomatic bahwa dalam istilah kaum awam itu, laki-laki dan perempuan adalah sama-sama termasuk.”[3]
Oeh karena itu penentuan pokok bahaasan dalam tulisan ini, menunjukkan adanya kiat yang kuat dari para pelayan Tuhan untuk mengoresi penganaktirian Kaum Pria dalam jemaat, dan apabila kiat ini diejahwantakan atau dilakukan di dalam setuap jemaat, maka hal ini merupakan satu terobosan  baru yang perlu dicatat dalam lembaran sejarah Gereja.



[1]O.E.Ch. Wuwungan, Bina Warga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 3
[2] J. Alan Petersan, Pria dan Dunianya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973), 34
[3] Tehologia Kaum Awam, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1981) 51



BAB II
Pengertian Tentang Jemaat Yang Bertumbuh dan Pandangan Alkitab Tentang Kaum Pria, dan  Potensi Kaum Pria Dalam Jemaat
Pengertian Tentang Jemaat Yang Bertumbuh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pertumbuhan adalah hal atau keadaan tumbuh; perkembangan, kemajuan dan sebagainya.[1]
Jika kegiatan Kaum Pria diadakan hanya untuk menambah daftar kegiatan dalam jemaat, maka tindakan tersebut tidak akan memenuhi tujuannya yang utama. Sama seperti semua unit kegiatan dalam jemaat, kegiatan Kaum Pria harus diserahkan kepada oencapaian pertumbuhan jemaat. Oleh karena itu, kita harus memahami secara benar, artu/ makna jemaat yang bertumbuh menurut konsep Alkitab. Jemaat yang bertumbuh adalah jemaat yang:
·         Kehidupannya mengalami peningkatan Mutu Rohani (Kualitas)
·         Mengalami peningkatan dalam Mutu Organisasi
·         Mengalami peningkatan Jumlah (Kuantitas)[2]
Pandangan Alkitab Tentang Kaum Pria
Di dalam Alkitab, “Bapak-bapak” dan “Bapak” tertulis sebanyak 1634 kali; 1215 kali di dalam PL dan 419 kali di dalam PB. Fungsi Kaum Pria secar teologis dapat ditarik dari paling kurang 10 makna atau arti yang diberikan oleh Alkitab terhadap Kaum Pria.
Bapak adalah ayah (orangtua) dari satu pribadi: bapak adalah kepala dan pembentuk rumah tangga, satu kelompk, satu keluarga dan satu suku/ marga; Bapa adalah nenek moyang atau leluhur; Bapak adalah pemula dan model dari satu kelompok dan profesi; Bapak adalah penghasil dan pembangkit; Bapak adalah sumber kebajikan dan perlindungan; Bapak adalah alamat penghargaan dan penghormatan; Bapak adalah pemimpin/ kepala; Bapak adalah seorang yang menanamkan semangatnya kepada seseorang; Bapak adalah gelar penghormatan. [3]             
Tujuan penyajian makna/fungsi (kaum) Bapak oleh Alkitab adalah supaya fungsi-fungsi tersebut dapat terlaksana atau tercapai di dalam kehidupan setiap Kaum Pria, secara kelompok maupun perorangan.  Jemaat berkewajiban memberikan pelayanan kepada mereka supaya mereka mampu menunaikan semua tugas panggilan tersebut, secara utuh dan memuliakan Tuhan.  Kaum Pria harus menunaikan tugasnya sebagai “bayangan” dari ke “Bapak”an Allah atas ciptaan-Nya, baik manusia maupun alam semesta.
Potensi Kaum Pria Dalam Jemaat
          Andil terbesar bagi terjadinya pertumbuhan dunia di semua sektor, disumbangkan oleh Kaum Pria, tanpa kita menutup mata terhadap semakin meningkatnya peran kaum wanita.  Satu pertanyaan besar terentang di depan kita: “Apakah sebabnya kaum yang lebih dahulu diciptakan oleh Tuhan itu, lebih dimanfaatkan oleh dunia daripada oleh gereja/jemaat?” 
Kunci keberhasilan dunia dalam pemanfaatan kaum pria tersebut, terletak dalam pemahamannya akan potensi kaum pria lalu memanfaatkan potensi tersebut seluas-luasnya, walaupun tidak jarang dengan cara mengeksploitasi baik secara halus maupun secara kasar.  Gereja dan jemaat harus memahami akan potensi Kaum Pria dalam jemaat, karena dengan pemahaman itu, akan menjadi suatu daya dorong yang kuat untuk melayani dan membina mereka secara lebih intensif supaya berdaya-guna di dalam perluasan Kerajaan Allah di dunia ini.  Kaum Pria mampunyai paling kurang empat potensi penting. 
Yang pertama, adalah potensi hubungan keluar (extern).  Ia memiliki potensi ini disebabkan terutama oleh karena tugas/kerja kesehariannya di luar rumah, di tengah-tengah lingkungan ramai/banyak orang, sehingga secara otomatis dia telah membangun hubungan dengan banyak orang, baik rakyat biasa, baik kelompok usaha/kegiatan/profesi tertentu, maupun dengan pemimpin organisasi pemerintahan dan swasta. [4]
Hubungan-hubungan yang telah tercipta tersebut, tidak selamanya terbangun secara harmonis, tetapi hal semacam itu berada diluar pagar kewajaran, dan karena itu harus semakin menunjukkan perlunya pembinaan khusus terhadap Kaum Pria.  Dengan potensi hubungan extern tersebut, maka jika jemaat dilukiskan sebagai pasukan prajurit Kristus, maka Kaum Pria merupakan prajurit di barisan terdepan;  jika jemaat dilihat sebagai penjala manusia, maka Kaum Pria adalah jaring yang jangkauannya paling jauh dan luas;  jika jemaat adalah menara jaga Kristus di dunia ini, maka Kaum Pria adalah menara jaga yang jarak pandang dan pengaruh suaranya paling jauh.  Betapa mereka perlu diperlengkapi supaya potensi hubungan luar mereka mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pertumbuhan jemaat.
Yang kedua, adalah potensi ketrampilan dan pengalaman  Sebagai Kepala dan pelindung keluarga, kaum pria telah dilengkapi dengan naluri alamiah oleh Tuhan untuk mengupayakan diri lebih mampu dan lebih berpengalaman. Ia menjadi teladan dalam kasih.[5]   Termasuk upaya memunyai pendidikan yang baik dan memadai.  Dan Tuhan melangkapi dia dengan keadaan, kesempatan dan kemampuan serta daya fisik untuk mencapainya.  Sejarah dan kehidupan sehari-hari di seluruh dunia menjadi saksi kebenaran ini, paling tidak sampai sekarang.   Karena keahlian, ketrampilan dan pengalaman yang dimilikinya, maka kaum pria memainkan peranan penting di berbagai sektor. 
 Di sana mereka menjadi panutan, dihormati, dijadikan gantungan nasib banyak orang, ya, mereka menjadi pelindung dan pemimpin.  Mereka mampu menciptakan terobosan-terobosan untuk menembus benteng-benteng penghalang pelaksanaan secara sukses tugas mereka.  Mereka menjadi alamat kekaguman banyak orang. 
Kegiatan Kaum Pria dalam jemaat akan menjadi tempat dan kesempatan di mana mereka perlu didorong dan diberi motivasi yang benar serta dilengkapi dengan cara dan etika kerja yang berorientasi kebenaran Firman Tuhan, dan dengan demikian, keahlian, ketrampilan dan pengalaman dunia mereka dapat disucikan.
Yang ketiga, adalah potensi Kepemimpinan   Pentingnya peran kepemimpinan dalam pertumbuhan gereja dan jemaat, dibuktikan dalam strategi kerja Tuhan Yesus.[6] Jauh sebelum Dia menggulirkan lembaga jemaat-Nya, Dia terlebih dahulu menyiapkan beberapa lapis kepemimpinan. Roh Kudus memimpin sehingga terdapat 4 kitab dalam PB yang mencatat semua proses pembelajaran yang Tuhan Yesus terapkan dalam menyiapkan kader pemimpin, 1 kitab yang mencatat sejarah sepakterjang, baik tantangan-tantangan maupun keberhasilan-keberhasilan para kader terdidik tersebut.
Satu pilar/tiang jemaat adalah rumah tangga warga jemaat, yang dikomandani oleh kepala rumah tangga: Bapak.  Jika jemaat ingin membangun dirinya secara teguh, hal itu dapat dicapai dengan memperkokoh kehidupan rumah tangga warga jemaat.  Walaupun “kebaktian rumah tangga” memunyai peran dalam upaya itu, tetapi strategi yang paling jitu dan berakibat tetap ialah melalui “pembentukan” komandan rumah tangga.  Anak-anak dari keluarga yang dikomandani secara benar oleh seorang Bapak yang terbina baik dalam jemaat, akan menjadi generasi kepemimpinan berikutnya, yang akan menjalarkan kehidupan yang benar di dalam rumah tangga mereka, jemaat dan masyarakat.[7]
Yang keempat, adalah potensi psikologis.  Atas penentuan Tuhan, maka kaum pria lebih mudah didengar, diterima dan diikuti oleh orang lain.  Sulit membayangkan akibat positif yang dihasilkan apabila jemaat “mengutus” kaum pria yang dibina secara khusus dan baik, ke dalam masyarakat.  Walaupun Iblis akan “menempatkan” lebih banyak kaum pria miliknya ke dalam lingkungan yang sama, tetapi walaupun hanya satu lilin kecil dari kehidupan kaum pria jemaat, yang menyalah dengan baik, telah cukup untuk mengusir kegelapan dari kehidupan setiap orang yang hatinya “diterik” oleh Bapa yang di Sorga.
Ada dua kebutuhan psikologis paling mendasar dari manusia yaitu rasa aman dan rasa berharga.  Rasa aman lebih dibutuhkan oleh kaum wanita sedang rasa berharga lebih dibutuhkan oleh kaum pria.  Keahlian, ketrampilan dan pengalaman yang dimiliki oleh kaum pria membawa mereka mendapat posisi-posisi di berbagai sektor kehidupan di dalam masyarakat dengan tingkatan yang berbeda-beda.  Dengan berperan dalam masyarakat, melalui bidang tugas yang diembannya, maka akibat pertama dan terutama yang didapatkannya ialah dia merasa dihargai.  Merasa bahwa kehadirannya diperlukan oleh pihak atau orang lain.  Tatkala ia pulang ke rumah membawa hasil dari karyanya, maka dia semakin bangga karena dia berguna kepada warga rumah tangganya.  Lalu mereka masuk ke dalam jemaat, mengikuti kebaktian atau acara jemaat lainnya. 
 Di sana, di jemaat, mereka menjadi pihak yang duduk untuk mendengar dan menerima wejangan, serta menonton segelintir pengerja yang menjadi alamat tatapan mata, serta tempat bergantung warga jemaat, untuk mendapat berkat rohani.  Di dalam masyarakat dan rumah tangganya, Kaum Pria/Laki-laki itu merasa dibutuhlkan, dan karena itu merasa dihargai, tetapi di dalam jemaat, dia menemukan keadaan yang sangat lain.  Dimana dia merasa tidak berguna, tidak berharga, menjadi pihak yang hanya menggantungkan dirinya kepada pihak lain, karena dia merasa, tidak tahu apa-apa.  Maka pada situasi demikian, Kaum Pria menarik diri dari jemaat, mula-mula sesekali, tetapi lama-kelamaan bisa “menghilang”. 
Pada dewasa ini, yang hadir dalam setiap kebaktian kristen, terbanyak adalah kaum wanita. Pernah ada yang mengatakan bahwa perbandingan jumlah kehadiran kaum wanita dengan kaum pria dalam kebaktian kristen adalah 3:1.  Apa sebabnya?  Apakah memang wanita lebih rohani sedangkan laki-laki lebih duniawi?  Seorang pakar dalam penggembalaan menyatakan bahwa penyebabnya ialah karena kebutuhan akan keberhargaan tidak diperoleh dalam jemaat oleh kaum pria.  Jelaslah bahwa pembinaan Kaum Pria supaya mereka didaya-fungsikan di dalam jemaat, sangat penting bagi pertumbuhan jemaat. 




[1] _______Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v. “Pertumbuhan”

[2] Titus Sampe, Materi perkuliahan Pertumbuhan Gereja 2016
[4] J. Allan Petersan, Pria dan Dunianya, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1973), 44

[5] Edwin Louis Cole, Suami Idaman Dambaan Wanita, (Jakarta: Metanoia Publishing, 2002), 180
[6] Joyce Meyer, Pemimpin Yang sedang di Bentuk, (Jakarta: Immanuel, 2002), 135
[7] Benyamin Abednego, Liku-liku Kepemimpinan Kristen, (Surabaya:Yakin, 1986), 66



BAB III
Rancangan  Pembinaan/ Pendidikan Kaum Pria Dalam Jemaat
Bahagian ini merupakan inti dari seluruh bahasan diatas.  Pemfungsian Kaum Pria sebagaimana yang terdapat di dalam Alkitab, pemanfaatan dan pengembangan potensi-potensi mereka, hanya mungkin tercapai jika mereka dididik dengan baik, yaitu dengan bahan/materi pelajaran yang tepat.  Diskusi ini tidak bermaksud menyajikan satu bahan pendidikan yang lengkap dan siap diterapkan, karena tugas untuk itu, harus dikerjakan oleh satu team khusus, melalui satu proses kerja yang membutuhkan waktu, karena harus ditunjang dengan data yang diperoleh dari penelitian lapangan dan banyak diskusi dengan para gembala jemaat.
            Ada beberapa rancangan yang dilaksanakan gereja dalam membina persekutuan kaum pria agar aktif dalam pelayanan:[1]
1.       Lewat Pengajaran
Pengajaran Firman Tuhan adalah dasar dari semua program dalam Pembinaan Warga Gereja. Pemberitaan Firman harus menjadi pusat pembinaan iman warga gereja, karena iman datang dan bertumbuh dari mendengar akan Firman Tuhan (Roma 10:17).
2.        Lewat Pelayanan khusus (kategorial)
Adanya pelayanan khusus (kategorial) ini adalah karena melibatkan warga yang mempunyai kesamaan minat dalam bidang-bidang tertentu seperti kewanitaan, kepemudaan, pendidikan anak-anak dan remaja, kebapaan.   Warga gereja dibina sesuai dengan kelompok usia dan jenisnya masing-masing agar tujuan pembinaan dapat diterima dengan kontekstual dan prosesnya dapat berjalan efektif.[2]
3.       Lewat Pemuridan
Banyak gereja yang menawarkan berbagai “program pemuridan” seperti kelas-kelas, seminar-seminar, kelompok-kelompok kecil pemuridan. Apabila diamati lebih seksama, ternyata “program-program pemuridan” yang demikian tidak efektif dalam menghasilkan perubahan hidup yang kokoh. Perubahan hidup yang nampak hanya bersifat sementara bila tidak ditindaklanjuti secara berkelanjutan. Esensi dari pemuridan yang sebenarnya adalah memberikan contoh atau model dalam menuntun orang lain untuk mencapai potensi maksimalnya.
4.       Lewat Kelompok Kecil
Pembentukan persekutuan warga jemaat dalam kelompok-kelompok kecil merupakan strategi yang baik untuk menyediakan komunitas yang sehat kepada mereka, hal ini dimaksudkan agar antar warga jemaat dapat saling memperhatikan dan membangun sehingga sama-sama mengalami pertumbuhan jasmani dan rohani. Perlu ditegaskan bahwa memperhatikan antar warga jemaat di dalam kelompok kecil tidak hanya sebatas masalah rohaninya saja, tetapi juga masalah lain yang menyangkut seluruh segi kehidupan (kesehatan, ekonomi, pendidikan, keluarga, dll).   
5.       Lewat Pelatihan keterampilan hidup
Gereja yang benar sesungguhnya tidak pernah membatasi fungsinya hanya sebagai pengelola program-program pembinaan bagi warga jemaat yang erat kaitannya dengan hal-hal rohani saja. Gereja dapat mengadakan pelatihan keterampilan hidup sesuai dengan kebutuhan warga jemaatnya.



[1] Wongso, Peter, Dr. : Tugas gereja dan misi masa kini, SAAT Malang, 1999. 23
[2]O.E.Ch. Wuwungan, Bina Warga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 127



BAB IV
Kesimpulan

          Warga jemaat dari kelompok Kaum Pria,  adalah bahagian tak terpisahkan dari satu jemaat;  merupakan bahagian yang di dalam dan melaluinya pertumbuhan jemaat harus terjadi dan nampak.  Mereka perlu meningkat dalam kehidupan rohani dan di dalam ibadah kristiawi.  Banyak dimensi organisatoris dan manajemen jemaat dapat dikembangkan melalui peran-serta mereka.  Yang semuanya itu, akan membawa kepada pertumbuhan kualitas dan kuantitas jemaat.  Tuhan Yesus menghendaki supaya unit/kelompok Kaum Pria dihadirkan dan dikembangkan dalam jemaat, terutama karena mereka harus dibina untuk menjadi gambaran yang kelihatan dari Bapa yang tidak kelihatan, di sorga.  Pembinaan secara intensif dan terencana terhadap kelompok ini semakin terasa keperluannya karena mereka adalah ujung tombak dari jemaat di dalam masyarakat, yang mengandung makna ganda yaitu jemaat dapat menjangkau lebih banyak jiwa melalui mereka, di satu sisi, tetapi di sisi lain mereka menjadi alamat paling dekat dari segala godaan dan upaya pengrusakan jemaat oleh kuasa musuh Injil. 
Oleh karena itu, kegiatan/pelayanan terhadap Kaum Pria harus diramu secara seksama, melalui suatu proses yaitu Pengajaran, pelayanan khusus/ kategorial, pemuridan, kelompok kecil, dan pelatihan keterampilan.

  


KEPUSTAKAAN
Alkitab:
Alkitab – LAI
Buku-buku:
Abednego Benyamin. Liku-liku Kepemimpinan Kristen. Surabaya:Yakin. 1986.
Cole Edwin Louis. Suami Idaman Dambaan Wanita. Jakarta: Metanoia Publishing. 2002.
Meyer Joyce. Pemimpin Yang sedang di Bentuk. Jakarta: Immanuel. 2002.
Peter. Wongso. Tugas gereja dan misi masa kini. SAAT Malang. 1999.
Petersan J. Alan. Pria dan Dunianya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1973.
Sampe Titus. Materi perkuliahan Pertumbuhan Gereja 2016.
Theologia Kaum Awam. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1981.
Wuwungan O.E.Ch. Bina Warga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2009.

Kamus:
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. 1997
Internet:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latar Belakang Kisah Para Rasul

Latar Belakang Dalam Alkitab terjemahan baru ini disebut “Kisah Para Rasul”. Judul ini dapat kita ikuti jejaknya kembali ke abad yang...