Minggu, 13 Oktober 2019

Budaya Sillanan (Paper)

KATA PENGANTAR
 Puji syukur kami kembalikan kepada Tuhan oleh,karena pimpinan dan pertolongan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Budaya Dasar ini dengan baik.Kami bersyukur bahwa dalam proses pembuatan tugas  makalah IBD ini kami,merasakan pertolongan Tuhan mulai dari titik perencanaan sampai dapat kami selesaikan dengan baik meskipun ,mungkin masih banyak yang harus dikoreksi.Ada banyak hal yang kami dapatkan dalam pembelajaran makalah ilmu budaya dasar ini.Kami dapat mengenal lebih banyak kebudayaan –kebudayaan yang ada di daerah kita,baik itu yang menyimpang atau tidak dari ke-kristenan.
Kami sangat tertarik untuk mengajukan Judul : Budaya yang menyimpang dan bertolak belakang dari agama Kristen di masyarakat Sillanan.
  Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas makalah ini tapi ,dengan pimpinan,penyertaan Tuhan, semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
  • Dosen yang telah memberikan kami tugas makalah ini;
  • Pemerintah setempat dan Tokoh-tokoh adat masyarakat Sillanan;dan
  • Kepada teman-teman serta rekan-rekan yang memberi semangat bagi kami.
 Kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami siap menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas makalah ini dan bermanfaat bagi kami, dan para pembaca.

Selamat Membaca.,
Tuhan Berkati :)

Hasil gambar untuk budaya yang menyimpang
BAB I
 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam suatu wilayah tertentu manusia mempunyai suatu kebudayaan yang berbeda dari wilayah lainnya,artinya bahwa setiap kebudayaan itu ada menurut peraturan tempat tinggal mereka.Oleh karena itu, jika kita ingin tinggal atau hidup dalam suatu wilayah tertentu kita harus terlebih dahulu memahami dan mengerti budaya seperti apa yang dianut oleh masyarakat tempat tinggal tersebut,sehingga kita dapat mudah berinteraksi dengan penduduk dalam wilayah tersebut.
Lain padang lain belalang,lain lubuk lain ikannya. Itulah pribahasa yang cocok untuk menggambarkan bagaiman adat dan kebudayaan yang ada di setiap daerah di Indonesia berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh agama dan keyakinan setiap masyarakat yang ada disuatu daerah dan juga oleh kearifan lokal yang ada di tiap-tiap daerah. Keaneka ragaman adat dan kebudayaan ini tentu membawa dampak yang positif bagi perkembangan kebudayaan Nasional di Indonesia,dimana hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi daerah-daerah yang punya keunikan dalam hal adat dan kebudayaan khususnya wisatawan dari manca negara.
          Indonesia punya banyak daerah tujuan wisata yang mampu untuk menarik wisatawan manca negara. Bali dan Tana Toraja adalah dua destinasi wisata favorit yang menyajikan adat dan budaya yang unik yang tidak dimiliki oleh daerah –daerah lain di Indonesia. Khusus untuk daerah Tana Toraja,adat dan kebudayaan ini juga tidak sama untuk setiap wilayahnya. Tiap daerah itu punya karasteristik yang berbeda-beda dan hal ini pun dipengaruhi oleh keyakinan dan kearifan lokal di tiap daerah
          Aluk,adat dan kebudayaan adalah suatu hal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga sulit untuk dipisahkan. Untuk daerah Tana Toraja,berbicara tentang Aluk berarti kita berbicara tentang Keyakinan, upacara-upacara peribadahan menurut cara-cara yang ditetapkan berdasarkan ajaran agama yang bersangkutan. Berbicara tentang adat berarti kita berbicara tentang kebiasaan yang diturun alihkan sejak dari nenek moyang kepada anak cucunya turun temurun, yang sudah berurat akar di kalangan masyarakat yang bersangkutan. 1) berbicara tentang kebudayaan berarti kita berbicara tentang hasil karyacipta manusia baik material maupun spiritual secara menyeluruh berdasarkan akal,rasa dan kemauan dalam mengelola alam untuk menjamin kelangsungan hidup suatu masyarakat dalam segala bidang kehidupan. 2)
          Dari ketiga uraian di atas dapat di simpulkan bahwa aluk,adat dan kebudayaan adalah satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan.[1] Permasalahan yang Gereja hadapi sekarang ini  adalah suatu permasalahan yang kompleks karena adat dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat Toraja saat ini masih sangat kental dengan nuansa atau ritual aluk todolo dalam penerapan dan pelaksanaannya sementara mayoritas penduduk Tana Toraja sudah memeluk agama Kristen yang hanya percaya kepada satu Allah saja. Dari permasalahan ini muncul berbagai pertanyaan untu kita seperti;bagaimanakah ketika seorang Toraja menjadi Kristen?Apakah Ia harus meninggalkan adat dan kebudayaan orang Toraja?atau haruskah agama Kristen yang menyesuaikan diri dengan adat?Pertanyaan-pertanyaan seperti ini harus dijawab agar tidak menimbulkan salah kaprah dan “kegaduhan di tengah-tengah masyarakat Toraja sendiri.[2]
Dalam pembahasan ini ,kami akan menjelaskan dan memaparkan bentuk-bentuk penyimpangan budaya yang berada di wilayah yang telah kami survey dan telah kami lakukan wawancara  dengan pemerintah maupun tokoh-tokoh adat setempat. Oleh karena itu ,kami berharap melalui presentasi dan hasil pengamatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kami merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud dengan kebudayaan dan penyimpangan social?
2.      Apa ciri-ciri budaya?
3.      Apa-apa saja budaya yang menyimpang di masyarakat Sillanan dari ke-Kristenan?
4.      Apa faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat masih menganut budaya yang menyimpang tersebut?
5.      Apa penyebab terjadinya ketidak sesuaian budaya ALUKTA dengan orang Kristen?

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Kebudayaan
            Kebudayaan merupakan perilaku yang menjadi suatu kebiasaan di tengah masyarakat.Banyak hal yang yang dapat kita sebut sebagai kebudayaan,seperti:tari-tarian,musik,rumah adat,pakaian,senjata dan pola hidup dalam masyarakat atau kelompok kebudayaan.
            MenurutGabriel Almond “kebudayaan adalah hal-hal yang banyak memanfaatkan teori-teori yang bersangkutan dengan pola tingkah laku masyarakat atau setiap individu dalam berkarya”[3]
          Untuk menyatakan suatu budaya itu dikatakan menyimpang, maka harus ditentukan apa yang menjadi ukuran standar atau parameter sehingga suatu adat atau kebudayaan itu bisa dikatakan menyimpang. Pada bab pendahuluan diatas telah diuraikan bahwa adat dan kebudayaan yang ada dimasyarakat Toraja sekarang ini masih sangat dipengaruhi dan bersumber dari  adat ,kebiasaan dan ritual-ritual aluk aluk todolo yang sangat bertentangan dengan iman kristen. Aluk todolo mengenal dan melakukan berbagai macam  ritual untuk menolak bala atau untuk menghindari mara bahaya. Dalam melakukan suatu kegitan biasanya dilakukan ritual-ritual untuk memohon keselamatan atau untuk meminta petunjuk.Sesembahanya berupa sesajen yang di letakkan di tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan Iman Kristen yang menyatakan bahwa keselamatan itu hanya ada di dalam Nama Yesus (Kis 4:12)
          Menyangkut adat dan kebudayaan,sangat jelas dalam penjelasan Tuhan Yesus ketika Bersoal jawab dengan orang Farisi dan Ahli Taurat ketika mereka menuduh Murid-muridNya melanggar adat istiadat mereka,(Mat. 15:1-20 dan Markus 7:1-23) Dari penjelasan Tuhan Yesus bisa di simpulkan bahwa kita tidak boleh kompromi dengan Firman Allah hanya untuk adat istiadat dan kebudayaan kita.
Ciri-Ciri Budaya
1.      Kebudayaan ada ditengah-tengah manusia dengan ragam dan berbeda-beda
2.      Kebudayaan dikenal ditiap-tiap generasi karena adanya suatu kegiatan pembelajaran
3.      Kebudayaan berisi komponen-komponen yang mengandung nilai-nilai biologi,psikologi dan sosiologi
4.      Kebudayaan memiliki tingkatan atau struktur dan terbagi dalam kesenian,Bahasa.adat istiadat,budaya daerah dan budaya nasional
5.      Memiliki sifat kedaeraan tertentu.[4]
Budaya-Budaya Yang Menyimpang Di Masyarakat Sillanan
a)      Budaya yang menyimpang dimasyarakat Sillanan.
·         Ma’bugi’
 Ma’bugi’ masih di lakukan di kalangan  masyarakat Sillanan,ini di tujukan kepada Dewa dengan membawa persembahan berupa Babi,kerbau,dan ayam(ritual penyembahan).Namun ini juga sudah jarang dilakukan karena ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang masih ,menganut aluk todolo.[5]
·         Ma’paundi
Ini dilakukan jika ada orang meninggal yang belum punya apa-apa (belum cukup uang untuk memotong kerbau atau lain-lainnya) tetapi memiliki anak yang berhasil dan mempunyai banyak uang,maka anaknya ini akan  memotong kan kerbau atau babi sebagai persembahan kepada dewa meskipun orang tuanya sudah lama di kubur.
·         Aluk Pia
Artinya orang yang meninggal tapi belum langsung di kubur.Ini masih banyak di lakukan.(Rambu Solo’).
·         Kambira
Artinya kayu hidup yang di lubang .Hanya bayi yang belum tumbuh gigi susunya yang boleh dikubur dalam pohon ini .Bayi itu  dimasukkan ke dalam lubang dengan cara di dirikan.Ini masih dilakukan karena mempercayai ALUKTA bahwa akan memberikan keturunan yang bisa membahagiakan  dan menjadi orang penting.
·         Toma’kundai/Toma’sambe’
Artinya seorang anak yang baru lahir yang di kenakan benang pada kaki dan tangannya,sebagai tanda ucapan syukur atas kelahiran seorang anak kepada dewa.
·         Toma’badong
Perlu dipahami ini tidak sama dengan Ma’badong.Ini merupakan kegiatan yang hampir sama dengan Ma’bugi’memberikan persembahan. Yang di persembahkan adalah biasanya 2 Kerbau kepada para dewa-dewa.
·         Ma’badong
Ma’badong pada zaman  Aluk Todolo di gunakan untuk memuji Dewa dengan kata-kata yang katanya digunakan untuk berkomunikasi dengan dewa mereka,tetapi, sekarang ma’badong lebih sering ditujukan kepadapenggunaan kata Puang artinya Tuhan Yesus.
·         Ma’pasonglo’
Ini biasanya khusus untuk orang yang mampu/mem Puang atau To di Bulawanni.Melakukan pesta besar untuk  keluarganya yang telah meninggal tapi belum di kubur.Ada kaitannya dengan Aluk Pia.
·         Tomerauk
Artinya menyembah kepada tuan tanah, penunggu ,penghuni atau daerah tersebut .Masih di lakukan di sekitar buntu Suriak
·         Tomengkaun
Artinya orang yang menikah di tentukan jadwal pernikahannya.Masih tapi jarang.
·         Buntu Kapemalaran
Ini merupakan tempat diadakannya upacara sehabis panen yaitu tanda ucapan syukur ke pada dewa yaitu Buntu Suriak.
·         Ma’lelang
Ini sudah sangat lasim bagi kita.Ini kalau di organisasi gereja Toraja  mereka mengutamakan ma’lelang sebagai persembahan untuk Natura atau Pembangunan.Tapi ini di Organisasi gereja KIBAID tidak di perbolehkan.[6]
Faktor –Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat  Masih Menganut  Budaya Tersebut
1.      Memberi pandangan dunia kepada satu-satunya budaya manusia
2.      Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu di jawab oleh manusia
3.      Memberi rasa kekitaan kepada suatu kelompok manusia
4.      Memainkan fungsi peranan social.[7]
Penyebab Terjadinya Ketidak Sesuaian Budaya Alukta Dengan Orang Kristen
1.      Adanya perbedaan pendirian atau perasaanantar individu,sehingga terjadi konflik diantara mereka
2.      Adanya perbedaan kepribadian diantara mereka,yang disebabkan oleh berbedanya latar belakang kebudayaan
3.      Adanya perbedaaan kepentingan individu atau kelompok diantara mereka
4.      Adanya perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat karena adanya perubahannilai/system yang berlaku(sentosa;1983:32)[8]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai macam budaya yang menyimpang di atas dapat kami buat kesimpulan bahwa,setiap daerah itu mempunyai adat,budaya,atau peraturan mereka sendiri ,dan itu menjadi aliran kepercayaan sebagian  masyarakat di tempat tersebut. Jadi,apa yang mereka dapat dari nenek moyang mereka, masih sebagian yang mempercayai atau menganut Aluk Todolo.
Pesan Tokoh Adat Dan Pemerintah Setempat
  Jangan lupakan adat kita,karena ini yang membuat kita bisa bertahan sampai saat ini
 Khusus buat STTK ,karena rentan menentang/menolak beberapa adat kita,tolong jangan sampai melupakan atau memudarkan budaya kita apalagi menyinggung dalam khotbah.
  Salam buat Sifitas Akademik STTK dari Tokoh adat dan Pemerintah setempat.
Demikianlah yang dapat kami presentasekan mengenai budaya yang menyimpang dalam masyarakat yang pada umumnya masih menganut Aluk Todolo.Tentunya, banyak kekurangan dan kelemahan kami  kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya pemahaman yang kami peroleh sehubungan dengan tugas pengamatan ini .Kami berharap kepada para pembaca yang memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya tugas pengamatan kami ini. Semoga lewat hasil pengamatan kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua ,para pembaca, khususnya dalam pengetahuan tentang budaya-budaya yang menyimpang dalam suatu strata kehidupan masyarakat yang masih menganut aliran Aluk Todolo.dan kepada teman-teman yang telah memberi tanggapan dan masukan kami ucapkan terima kasih.Sekian dan terima kasih,Tuhan Yesus Memberkati kita semua,Amin.










DAFTAR PUSTAKA
       I.            Budaya Daerah Sulawesi Selatan,Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Proyek Invertarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah (1976/1977)
    II.            Kebudayaan Politik Dan Keadilan Sosial,Ismid Hadad,Editor-Lembaga penelitian,pendidikan,dan Penerangan Ekonomi dan Sosial(LP3ES),Jakarta Anggota IKAPI
 III.            Aluk,Adat,dan Kebudayaan Toraja dalam perjumpaannyadengan Injil,Pusbang-Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja
 IV.            Arsitektur Tradisional Daerah Sul-Sel
    V.            Kebudayaan Politik dan Kadilan Sosial
 VI.            Antropologi Sosial Budaya
Tgl/pelaksanaan :21 Agustus 2015
Pewawancara     :All personal
Narasumber :a.)Jhon Sitha Palili(BPL)
                  b.)Matius Kalemben(ALUKTA)
                  c.Ma’nan Pendi(Lembaga  



[1] Sumber:Artikel Internet & Budaya Toraja dan Mistis Geographic.
[2] Source:Opinion all team six & Internet(All personal).
[3] Lihat,”Comparative Political Systems”,dalam the Journalof politics,Agustus,1956.
[4] Budaya Daerah,Ismid Hadad,Editor(Lembaga penelitian,pendidikan,dan penerapan budaya)
[5] Sumber/artikel Internet tentang( budaya Ma’bugi’ Toraja). Catatan tambahan bahwa,Ma’bugi’ juga adalah berupa tarian adat toraja yang digunakan untuk memuja dewa.
[6] Sumber:Pemerintah dan tokoh adat masyarakat Sillanan.
[7] Pengaruh Budaya Lama terhadap Kebudayaan Baru;Charles.J/2005/BKB
[8]Source:Artikel/ bacaan Internet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latar Belakang Kisah Para Rasul

Latar Belakang Dalam Alkitab terjemahan baru ini disebut “Kisah Para Rasul”. Judul ini dapat kita ikuti jejaknya kembali ke abad yang...