KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kembalikan kepada Tuhan
oleh,karena pimpinan dan pertolongan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Ilmu Budaya Dasar ini
dengan baik.Kami bersyukur bahwa dalam proses pembuatan tugas makalah IBD ini kami,merasakan pertolongan
Tuhan mulai dari titik perencanaan sampai dapat kami selesaikan dengan baik
meskipun ,mungkin masih banyak yang harus dikoreksi.Ada banyak hal yang kami
dapatkan dalam pembelajaran makalah ilmu budaya dasar ini.Kami dapat mengenal
lebih banyak kebudayaan –kebudayaan yang ada di daerah kita,baik itu yang
menyimpang atau tidak dari ke-kristenan.
Kami sangat tertarik untuk mengajukan Judul : Budaya
yang menyimpang dan bertolak belakang dari agama Kristen di masyarakat Sillanan.
Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi
dalam membuat tugas makalah ini tapi ,dengan pimpinan,penyertaan Tuhan,
semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
- Dosen
yang telah memberikan kami tugas makalah ini;
- Pemerintah
setempat dan Tokoh-tokoh adat masyarakat Sillanan;dan
- Kepada
teman-teman serta rekan-rekan yang memberi semangat bagi kami.
Kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih
belum sempurna, oleh karena itu kami siap menerima saran dan kritik, guna
kesempurnaan tugas makalah ini dan bermanfaat bagi kami, dan para pembaca.
Selamat Membaca.,
Tuhan Berkati :)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam suatu wilayah
tertentu manusia mempunyai suatu kebudayaan yang berbeda dari wilayah
lainnya,artinya bahwa setiap kebudayaan itu ada menurut peraturan tempat
tinggal mereka.Oleh karena itu, jika kita ingin tinggal atau hidup dalam suatu
wilayah tertentu kita harus terlebih dahulu memahami dan mengerti budaya
seperti apa yang dianut oleh masyarakat tempat tinggal tersebut,sehingga kita
dapat mudah berinteraksi dengan penduduk dalam wilayah tersebut.
Lain
padang lain belalang,lain lubuk lain ikannya. Itulah pribahasa yang cocok untuk
menggambarkan bagaiman adat dan kebudayaan yang ada di setiap daerah di
Indonesia berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan ini sedikit
banyak dipengaruhi oleh agama dan keyakinan setiap masyarakat yang ada disuatu
daerah dan juga oleh kearifan lokal yang ada di tiap-tiap daerah. Keaneka
ragaman adat dan kebudayaan ini tentu membawa dampak yang positif bagi
perkembangan kebudayaan Nasional di Indonesia,dimana hal ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi daerah-daerah yang punya keunikan
dalam hal adat dan kebudayaan khususnya wisatawan dari manca negara.
Indonesia
punya banyak daerah tujuan wisata yang mampu untuk menarik wisatawan manca
negara. Bali dan Tana Toraja adalah dua destinasi wisata favorit yang
menyajikan adat dan budaya yang unik yang tidak dimiliki oleh daerah –daerah
lain di Indonesia. Khusus untuk daerah Tana Toraja,adat dan kebudayaan ini juga
tidak sama untuk setiap wilayahnya. Tiap daerah itu punya karasteristik yang
berbeda-beda dan hal ini pun dipengaruhi oleh keyakinan dan kearifan lokal di
tiap daerah
Aluk,adat dan kebudayaan adalah suatu
hal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga sulit untuk
dipisahkan. Untuk daerah Tana Toraja,berbicara tentang Aluk berarti kita
berbicara tentang Keyakinan, upacara-upacara peribadahan menurut cara-cara yang
ditetapkan berdasarkan ajaran agama yang bersangkutan. Berbicara tentang adat
berarti kita berbicara tentang kebiasaan yang diturun alihkan sejak dari nenek
moyang kepada anak cucunya turun temurun, yang sudah berurat akar di kalangan
masyarakat yang bersangkutan. 1) berbicara tentang kebudayaan berarti kita
berbicara tentang hasil karyacipta manusia baik material maupun spiritual
secara menyeluruh berdasarkan akal,rasa dan kemauan dalam mengelola alam untuk
menjamin kelangsungan hidup suatu masyarakat dalam segala bidang kehidupan. 2)
Dari ketiga uraian di atas
dapat di simpulkan bahwa aluk,adat dan kebudayaan adalah satu kesatuan yang
sulit untuk dipisahkan.[1]
Permasalahan yang Gereja hadapi sekarang ini
adalah suatu permasalahan yang kompleks karena adat dan kebudayaan yang
ada dalam masyarakat Toraja saat ini masih sangat kental dengan nuansa atau
ritual aluk todolo dalam penerapan dan pelaksanaannya sementara mayoritas
penduduk Tana Toraja sudah memeluk agama Kristen yang hanya percaya kepada satu
Allah saja. Dari permasalahan ini muncul berbagai pertanyaan untu
kita seperti;bagaimanakah ketika
seorang Toraja menjadi Kristen?Apakah Ia harus meninggalkan adat dan kebudayaan
orang Toraja?atau haruskah agama Kristen yang menyesuaikan diri dengan
adat?Pertanyaan-pertanyaan seperti ini harus dijawab agar tidak menimbulkan
salah kaprah dan “kegaduhan di tengah-tengah masyarakat Toraja sendiri.[2]
Dalam pembahasan ini
,kami akan menjelaskan dan memaparkan bentuk-bentuk penyimpangan budaya yang
berada di wilayah yang telah kami survey dan telah kami lakukan wawancara dengan pemerintah maupun tokoh-tokoh adat
setempat. Oleh karena itu ,kami berharap melalui presentasi dan hasil
pengamatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, kami merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Apa yang dimaksud dengan kebudayaan dan penyimpangan
social?
2.
Apa ciri-ciri budaya?
3.
Apa-apa saja budaya yang menyimpang di masyarakat
Sillanan dari ke-Kristenan?
4.
Apa faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat masih
menganut budaya yang menyimpang tersebut?
5.
Apa penyebab terjadinya ketidak sesuaian budaya ALUKTA
dengan orang Kristen?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan merupakan perilaku yang menjadi suatu kebiasaan di tengah
masyarakat.Banyak hal yang yang dapat kita sebut sebagai kebudayaan,seperti:tari-tarian,musik,rumah
adat,pakaian,senjata dan pola hidup dalam masyarakat atau kelompok kebudayaan.
MenurutGabriel Almond “kebudayaan adalah hal-hal yang
banyak memanfaatkan teori-teori yang bersangkutan dengan pola tingkah laku
masyarakat atau setiap individu dalam berkarya”[3]
Untuk menyatakan suatu budaya itu
dikatakan menyimpang, maka harus ditentukan apa yang menjadi ukuran standar
atau parameter sehingga suatu adat atau kebudayaan itu bisa dikatakan
menyimpang. Pada bab pendahuluan diatas telah diuraikan bahwa adat dan
kebudayaan yang ada dimasyarakat Toraja sekarang ini masih sangat dipengaruhi
dan bersumber dari adat ,kebiasaan dan
ritual-ritual aluk aluk todolo yang sangat bertentangan dengan iman kristen.
Aluk todolo mengenal dan melakukan berbagai macam ritual untuk menolak bala atau untuk
menghindari mara bahaya. Dalam melakukan suatu kegitan biasanya dilakukan
ritual-ritual untuk memohon keselamatan atau untuk meminta
petunjuk.Sesembahanya berupa sesajen yang di letakkan di tempat-tempat tertentu
yang dianggap keramat. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan Iman Kristen
yang menyatakan bahwa keselamatan itu hanya ada di dalam Nama Yesus (Kis 4:12)
Menyangkut adat dan kebudayaan,sangat
jelas dalam penjelasan Tuhan Yesus ketika Bersoal jawab dengan orang Farisi dan
Ahli Taurat ketika mereka menuduh Murid-muridNya melanggar adat istiadat
mereka,(Mat. 15:1-20 dan Markus 7:1-23) Dari penjelasan Tuhan Yesus bisa di
simpulkan bahwa kita tidak boleh kompromi dengan Firman Allah hanya untuk adat
istiadat dan kebudayaan kita.
Ciri-Ciri Budaya
1. Kebudayaan
ada ditengah-tengah manusia dengan ragam dan berbeda-beda
2. Kebudayaan
dikenal ditiap-tiap generasi karena adanya suatu kegiatan pembelajaran
3. Kebudayaan
berisi komponen-komponen yang mengandung nilai-nilai biologi,psikologi dan
sosiologi
4. Kebudayaan
memiliki tingkatan atau struktur dan terbagi dalam kesenian,Bahasa.adat
istiadat,budaya daerah dan budaya nasional
5. Memiliki
sifat kedaeraan tertentu.[4]
Budaya-Budaya
Yang Menyimpang Di Masyarakat Sillanan
a)
Budaya yang menyimpang dimasyarakat
Sillanan.
·
Ma’bugi’
Ma’bugi’ masih di lakukan di kalangan masyarakat Sillanan,ini di tujukan kepada Dewa dengan membawa persembahan berupa Babi,kerbau,dan ayam(ritual penyembahan).Namun ini juga sudah jarang dilakukan karena ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang masih ,menganut aluk todolo.[5]
Ma’bugi’ masih di lakukan di kalangan masyarakat Sillanan,ini di tujukan kepada Dewa dengan membawa persembahan berupa Babi,kerbau,dan ayam(ritual penyembahan).Namun ini juga sudah jarang dilakukan karena ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang masih ,menganut aluk todolo.[5]
·
Ma’paundi
Ini dilakukan jika ada orang
meninggal yang belum punya apa-apa (belum cukup uang untuk memotong kerbau atau
lain-lainnya) tetapi memiliki anak yang berhasil dan mempunyai banyak uang,maka
anaknya ini akan memotong kan kerbau
atau babi sebagai persembahan kepada dewa meskipun orang tuanya sudah lama di
kubur.
·
Aluk Pia
Artinya orang yang meninggal tapi
belum langsung di kubur.Ini masih banyak di lakukan.(Rambu Solo’).
·
Kambira
Artinya kayu hidup yang di lubang .Hanya
bayi yang belum tumbuh gigi susunya yang boleh dikubur dalam pohon ini .Bayi
itu dimasukkan ke dalam lubang dengan
cara di dirikan.Ini masih dilakukan karena mempercayai ALUKTA bahwa akan
memberikan keturunan yang bisa membahagiakan
dan menjadi orang penting.
·
Toma’kundai/Toma’sambe’
Artinya seorang anak yang baru
lahir yang di kenakan benang pada kaki dan tangannya,sebagai tanda ucapan
syukur atas kelahiran seorang anak kepada dewa.
·
Toma’badong
Perlu dipahami ini tidak sama
dengan Ma’badong.Ini merupakan kegiatan yang hampir sama dengan
Ma’bugi’memberikan persembahan. Yang di persembahkan adalah biasanya 2 Kerbau
kepada para dewa-dewa.
·
Ma’badong
Ma’badong pada zaman Aluk Todolo di gunakan untuk memuji Dewa
dengan kata-kata yang katanya digunakan untuk berkomunikasi dengan dewa mereka,tetapi,
sekarang ma’badong lebih sering ditujukan kepadapenggunaan kata Puang artinya
Tuhan Yesus.
·
Ma’pasonglo’
Ini biasanya khusus untuk orang
yang mampu/mem Puang atau To di Bulawanni.Melakukan pesta besar untuk keluarganya yang telah meninggal tapi belum
di kubur.Ada kaitannya dengan Aluk Pia.
·
Tomerauk
Artinya menyembah kepada tuan
tanah, penunggu ,penghuni atau daerah tersebut .Masih di lakukan di sekitar
buntu Suriak
·
Tomengkaun
Artinya orang yang menikah di
tentukan jadwal pernikahannya.Masih tapi jarang.
·
Buntu Kapemalaran
Ini merupakan tempat diadakannya
upacara sehabis panen yaitu tanda ucapan syukur ke pada dewa yaitu Buntu
Suriak.
·
Ma’lelang
Ini sudah sangat lasim bagi
kita.Ini kalau di organisasi gereja Toraja
mereka mengutamakan ma’lelang sebagai persembahan untuk Natura atau
Pembangunan.Tapi ini di Organisasi gereja KIBAID tidak di perbolehkan.[6]
Faktor
–Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat
Masih Menganut Budaya Tersebut
1.
Memberi pandangan dunia kepada
satu-satunya budaya manusia
2.
Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak
mampu di jawab oleh manusia
3.
Memberi rasa kekitaan kepada suatu
kelompok manusia
4.
Memainkan fungsi peranan social.[7]
Penyebab
Terjadinya Ketidak Sesuaian Budaya Alukta Dengan Orang Kristen
1.
Adanya perbedaan pendirian atau
perasaanantar individu,sehingga terjadi konflik diantara mereka
2.
Adanya perbedaan kepribadian diantara
mereka,yang disebabkan oleh berbedanya latar belakang kebudayaan
3.
Adanya perbedaaan kepentingan individu
atau kelompok diantara mereka
4.
Adanya perubahan-perubahan yang cepat
dalam masyarakat karena adanya perubahannilai/system yang berlaku(sentosa;1983:32)[8]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai macam
budaya yang menyimpang di atas dapat kami buat kesimpulan bahwa,setiap daerah
itu mempunyai adat,budaya,atau peraturan mereka sendiri ,dan itu menjadi aliran
kepercayaan sebagian masyarakat di tempat
tersebut. Jadi,apa yang mereka dapat dari nenek moyang mereka, masih sebagian
yang mempercayai atau menganut Aluk Todolo.
Pesan
Tokoh Adat Dan Pemerintah Setempat
Jangan lupakan adat kita,karena ini yang
membuat kita bisa bertahan sampai saat ini
Khusus buat STTK ,karena rentan menentang/menolak
beberapa adat kita,tolong jangan sampai melupakan atau memudarkan budaya kita
apalagi menyinggung dalam khotbah.
Salam buat Sifitas Akademik STTK dari
Tokoh adat dan Pemerintah setempat.
Demikianlah yang dapat kami presentasekan mengenai budaya yang
menyimpang dalam masyarakat yang pada umumnya masih menganut Aluk
Todolo.Tentunya, banyak kekurangan dan kelemahan kami kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya pemahaman
yang kami peroleh sehubungan dengan tugas pengamatan ini .Kami berharap kepada
para pembaca yang memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya tugas pengamatan kami ini. Semoga lewat hasil pengamatan kami ini
dapat bermanfaat bagi kita semua ,para pembaca, khususnya dalam pengetahuan
tentang budaya-budaya yang menyimpang dalam suatu strata kehidupan masyarakat
yang masih menganut aliran Aluk Todolo.dan kepada teman-teman yang telah
memberi tanggapan dan masukan kami ucapkan terima kasih.Sekian dan terima
kasih,Tuhan Yesus Memberkati kita semua,Amin.
DAFTAR PUSTAKA
I.
Budaya Daerah Sulawesi Selatan,Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Proyek Invertarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah (1976/1977)
II.
Kebudayaan Politik Dan Keadilan Sosial,Ismid
Hadad,Editor-Lembaga penelitian,pendidikan,dan Penerangan Ekonomi dan
Sosial(LP3ES),Jakarta Anggota IKAPI
III.
Aluk,Adat,dan Kebudayaan Toraja dalam
perjumpaannyadengan Injil,Pusbang-Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja
IV.
Arsitektur Tradisional Daerah Sul-Sel
V.
Kebudayaan Politik dan Kadilan Sosial
VI.
Antropologi Sosial Budaya
Tgl/pelaksanaan :21 Agustus 2015
Pewawancara :All personal
Narasumber :a.)Jhon Sitha Palili(BPL)
b.)Matius Kalemben(ALUKTA)
c.Ma’nan Pendi(Lembaga
[1] Sumber:Artikel Internet &
Budaya Toraja dan Mistis Geographic.
[2] Source:Opinion all team six
& Internet(All personal).
[3] Lihat,”Comparative Political Systems”,dalam the Journalof politics,Agustus,1956.
[4] Budaya Daerah,Ismid Hadad,Editor(Lembaga penelitian,pendidikan,dan
penerapan budaya)
[5] Sumber/artikel Internet tentang( budaya Ma’bugi’ Toraja). Catatan
tambahan bahwa,Ma’bugi’ juga adalah berupa tarian adat toraja yang digunakan
untuk memuja dewa.
[6] Sumber:Pemerintah dan tokoh adat
masyarakat Sillanan.
[7] Pengaruh Budaya Lama terhadap
Kebudayaan Baru;Charles.J/2005/BKB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar