Selasa, 15 Oktober 2019

Pengertian Trinitas By Erwin

Syalom.,

Ya, pada artikel kali ini, penulis mengupload sebuah paper tentang "Trinitas" (Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus).

Trinitas adalah dogma yang bagi orang kristen adalah kebenaran yang tidak dapat diabaikan. Artinya Trinitas adalah ajaran iman orang kristen yang tidak boleh dikesampingkan dari ilmu teologi lainnya.

Meskipun, konsep Trinitas tidak langsung terpapar dalam Alkitab dalam satu bagian teks alkitab. Tetapi, menurut gramarikal atau tata bahasa aslinya, akan dijumpai tentang konsep Trinitas.

Nah, oleh karena itu penulis berharap para pembaca dapat menyimak dengan baik, dan semoga dapat dipahami.

Tuhan Berkati :)

Artikel yang berkaitan juga bisa dilihat disini:

https://kumpulanpaperfilsafatteologi.blogspot.com/2019/10/konsep-dan-karya-allah-tritunggal-dalam.html


Hasil gambar untuk trinitas


BAB I
PENDAHULUAN

Siapakah Allah orang Kristen? Apakah Ia sama dengan Allah yang dikenali dan disembah agama-agama lain? Pertanyaan ini benar-benar sensitif! Orang Kristen mengklaim bahwa Allah Trinitarian adalah satu-satunya Allah yang hidup dan benar, klaim ini bukan suatu bentuk arogansi rohani, tetapi lebih merupakan manifestasi dari iman yang lahir dari ajaran Alkitab.
“Allah Trinitas adalah sebuah doktrin yang mendasar bagi iman Kristen; Kepercayaan atau ketidakpercayaan pada Trinitas menandai Kekristenan sejati atau bukan. Namun demikian penalaran manusia tidak dapat memahami Trinitas, demikian pula logika tidak dapat menjelaskannya. Meskipun kata “Trinitas” tidak terdapat dalam Alkitab, tetapi doktrin itu secara gamblang diajarkan di Alkitab. Sejarah meneguhkan kebenaran ajaran Trinitas ini, sekalipun sejak abad gereja mula-mula telah timbul ajaran yang berusaha untuk menentang ajaran Trinitas ini”[1].
v  DEFINISI TRINITAS
Istilah “Trinitas” berasal dari kata Inggris “triunity” merupakan gabungan dari kata “tree” yang berarti “tiga” dan “unity” yang berarti “kesatuan”. Jadi kata ini digunakan untuk menekankan kesatuan di antara pribadi dalam Trinitas tetapi juga menekankan keterpisahan dan kesetaran dari tiga pribadi dalam Trinitas. Sebuah definisi yang baik tentang Trintas menyatakan “Ada satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari Keallahan ini ada tiga Pribadi yang sama kekal dan setara, sama di dalam hakekat tetapi beda di dalam Pribadi”[2].
“Memang, tidaklah mudah membuat definisi dari Trinitas, hal ini dikaitkan dengan perlunya keseimbangan penekanan dari keesaan (ketunggalan) dan ketigaan (kejamakan) Allah. Penekanan yang berlebihan pada keesaan atau ketigaan dapat menyebabkan kekeliruan dan kesesatan. Alkitab jelas menunjukkan adanya “ketunggalan Allah” dan juga menunjukkan adanya “kejamakan Allah”. Karena itu, dua sikap ekstrim yang keliru yang harus dihindari, yaitu:
Pertama, sikap ekstrim yang terlalu menekankan “kejamakan dalam diri Allah” dan mengabaikan “kesatuan-Nya”. Sikap ini mengakibatkan menjadi “Tritheisme”, yaitu kepercayaan kepercayaan kepada tiga Allah. Ini salah, karena mengabaikan ketunggalan Allah, berarti mengabaikan sebagian dari Kitab Suci.
Kedua, sikap ekstrim yang menekankan “kesatuan Allah” dan mengabaikan “kejamakan dalam diri Allah”. Kita tidak bisa hanya menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, dan lalu mengatakan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak. Ini keliru dan menyebabkan “Monoteisme Unitarian”. Karena kalau kita melakukan hal itu, lalu apa yang akan kita lakukan dengan ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah? Membuangnya? Mengabaikannya? Ini tentu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang mempercayai Alkitab sebagai Firman Tuhan!’[3]
Ajaran Allah Trinitas merupakan satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan ayat-ayat Alkitab yang menyatakan ketunggalan dan kejamakan Allah tersebut. Jika kita mau menerima doktrin Allah Trinitas, maka kita bisa mengharmoniskan kedua kelompok ayat tersebut. Kalau kita menolak doktrin Allah Trinitas, ini berarti kita harus menghadapi kontradiksi (pertentangan) dalam Alkitab yang tidak mungkin bisa diharmoniskan.”[4]
v  PENTINGNYA MENGERTI AJARAN TENTANG TRINITAS
Yakub B. Susabda dalam buku, “Bergaul dan Mengenal Allah menyebutkan tiga alasan mengapa pengenalan akan Allah Trinitas ini penting, yaitu:
Pertama, Allah orang Kristen adalah Allah yang hanya mau dikenal dan disembah sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah memang esa, tetapi mengenai keesaan-Nya saja tidaklah menyelamatkan. Seluruh rencana keselamatan Allah hanya dapat dipahami dan diimani dalam hubungan dengan keunikan diri Allah, penyingkapan diri-Nya yang progresif, rencana dan cara kerja-Nya. Allah ingin kita mempercayai dan mengimani Dia bukan hanya sebagai Allah yang esa, yang mengingatkan dan mengajarkan jalan keselamatan dan kehidupan yang diperkenan-Nya, tetapi ia menginginkan kita mengenal-Nya sebagaimana Dia ada, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus dengan keunikan-Nya masing-masing. Alkitab menegaskan bahwa bahwa Allah tidak mungkin dapat dikenali diluar dari apa yang Dia sendiri singkapkan (Matius 16:17; Bandingkan Yohanes 14:6; 15:16).
Kedua, iman kepada Allah Trinitas adalah salah satu keunikan iman Kristen yang membedakannya dari iman semua agama-agama lain. Tanpa pengenalan akan Ketrinitasan Allah, perbedaan antara iman Kristen dengan iman agama-agama lain akan menjadi kabur. Demi membangun jembatan komunikasi dan semangat kesatuan serta toleransi, kita tidak boleh mengorbankan ajaran essensial Allah Trinitas ini hanya supaya kita bisa diterima oleh pemeluk kepercayaan agama-agama lainnya. Alkitab menegaskan bahwa diluar kepercayaan kepada Allah Trinitas tidak ada keselamatan (1 Yohanes 4:2-3).
Ketiga, pengenalan tentang Allah Trinitas bukanlah pengenalan rasional tetapi pengenalan iman yang lahir kebenaran Alkitab. Penalaran manusia tidak dapat memahami Trinitas dengan tuntas, demikian pula logika tidak dapat menjelaskannya dengan tuntas. Tetapi karena Alkitab menyatakannya maka kita menerimanya.”[5]
http://forumkristen.com/index.php?topic=3996.0




BAB II
ALLAH ORANG KRISTEN (AJARAN TENTANG ALLAH TRINITAS DALAM ALKITAB)

v  PANDANGAN KELIRU TENTANG TRINITAS
Gereja di dalam sejarahnya telah menentang ajaran-ajaran yang salah dari para penentang Trinitas. Pada berbagai abad yang telah dilewati beberapa orang telah membentuk konsep-konsep yang salah dan tidak Alkitabiah tentang Trinitas. Pandangan-pandangan keliru tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam lima pandangan utama, yaitu:
1. Triteisme. Pandangan ini menolak keesaan Allah dan percaya pada tiga Allah. Dalam sejarah gereja mula-mula, John Ascunages dan John Philoponus mengajarkan bahwa ata tiga Allah dan ketiganya berhubungan dalam asosiasi yang bebas. Kesalahan dari pengajaran ini karena meninggalkan kesatuan di antara trinitas sebagai akibatnya mereka mengajarkan tiga Allah bukan tiga pribadi diantara para Allah. Pandangan ini sama dengan Hinduisme yang memiliki dewa tiga serangkai yaitu: Brahma, Wusnu dan Syiwa, tetapi pandangan ini sama sekali berbeda dari pandangan Kristen Alkitabiah tentang Trinitas. Trinitas Kristen bukan bahwa Allah itu tiga dalam pengertian yang sama dengan pengertian keesaan-Nya. Allah bukanlah tiga pribadi dan pada pengertian yang sama adalah satu pribadi; juga Allah bukanlah tiga Allah dan satu Allah pada pengertian yang sama. Ajaran Trinitas Kristen mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah yang berdistingsi dalam tiga pribadi; Ia adalah tiga pribadi dalam satu Allah.
2. Monarkianisme. Monarkianisme adalah pendahulu dari Sabellianisme. Monarkianisme mengajarkan bahwa Allah Anak hanyalah merupakan mode lain dari pernyataan Allah Bapa. Ada dua bentuk dari Monarkianisme, yaitu Adopsionisme dan Modalisme. Dalam bentuk adopsianistiknya, Monarkianisme yang diajarkan oleh Theodotos dari Byzantium (210 AD) memandang Yesus sebagai manusia yang diberikan kekuatan oleh Roh Kudus pada saat baptisan-Nya. Dalam bentuk modalistiknya, Monarkianisme mengajarkan bahwa satu Allah yang secara beragam memanifestasikan dirinya dalam tiga bentuk atau mode keberadaan (Modalisme). Di Gereja Barat, Monarkianisme yang modalistik dikenal sebagai Patri-passianisme. Nuetus dan Praxeas adalah pemimpin-pemimpin dalam gerakan ini yang mengajarkan Patripassianisme, yaitu Allah Bapa yang berinkarnasi di dalam Anak juga menderita di dalam Anak, di saat penyaliban. Di Gereja Timur, Monarkianisme yang modalistik dikenal dengan Sabellianisme.
3. Sabellianisme. Sabellius dari Ptolemais (200 AD) menyatakan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah tiga bentuk eksistensi atau tiga manifestasi dari satu Allah. Menurut Pandangan ini, Trinitas bukan berkaitan dengan natur Allah, tetapi hanya cara Allah dalam menyatakan diriNya. Pandangan ini mengajarkan bahwa sebagai Bapa, Allah adalah Pencipta dan Pemberi Hukum; sebagai Anak, Allah adalah Penyelamat; sebagai Roh Kudus, Allah melahirkan kembali dan menguduskan. Atau dengan cara lainnya, Sebellianisme mengajarkan bahwa Allah dikenal sebagai Bapa dalam Perjanjian Lama, sebagai Anak dalam kitab-kitab Injil; dan sebagai Roh Kudus untuk zaman ini. Sabellianisme dalam setiap kasus, percaya pada satu Pribadi saja yang mewujudkan diri dengan tiga cara. Pandangan ini juga dikenal sebagai trinitas ekonomi, yaitu: satu Allah yang mewujudkan diri-Nya dalam jabatan-jabatan berbeda pada ekonomi (administrasi/dispensasi) yang berbeda. Di Gereja Timur, Sabellianisme juga dikenal sebagai Monarkianisme yang modalistik. Sabellius ini diikuti oleh Abelard (1079-1142 AD) yang menyatakan bahwa nama Bapa untuk menyatakan kuasa; Putra untuk menyatakan hikmat; Roh Kudus untuk menyatakan kebaikan.
4. Arianisme. “Arius, seorang Penetua yang anti trinitarian dari Alexadria mengajarkan Allah yang kekal yang esa dari Anak yang diperanakkan oleh Bapa, dan karena itu, Anak memiliki permulaan (diciptakan). Jadi Arius mengsubordinasikan Anak pada Bapa. Ia juga mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah yang pertama diciptakan oleh Anak, karena segala sesuatu dijadikan oleh Anak. Arius beranggapan bahwa Allah Bapa adalah satu-satunya yang sama sekali tidak mempunyai permulaan. Bapa menciptakan Anak dan Roh Kudus dari ketiadaan sebagai tindakan penciptaan wal. Anak disebut Allah karena Ia datang langsung dari Allah dan sudah diberi kusa untuk menciptakan. Arius dan ajarannya dinyatakan sesat pada konsili Nicea tahun 325 AD”[6].
5. Socinianisme. Socinus, pada abad keenam belas mengajarkan pandangan yang mirip dengan Arianisme. Socinianisme mengajarkan bahwa adalah keliru untuk mempercayai Pribadi-Pribadi dari Trinitas memiliki satu hakikat yang esa. Paham ini mengajarkan bahwa hanya ada satu zat ilahi yang terdiri hanya satu Pribadi. Walau mengikuti Arius, tetapi Socinus melampaui Arianisme dalam penyangkalannya tentang pra eksistensi Anak dan menganggap Anak hanya seorang manusia. Socinus mendefinisikan Roh Kudus sebagai kebajikan atau tenaga (energi) yang mengalir (keluarga) dari Allah kepada Manusia. Charles C. Ryrie, menyatakan “Pandangan Socianisme ini mempengaruhi Unitarianisme Inggris dan Deisme Inggris. Kebanyakan penganut Unitarianisme bukan penganut Deisme, tetapi semua penganut Deisme mempunyai konsep Unitarian tentang Allah. Garis bidat adalah Arianisme ke Socianisme ke Unitarianisme ke Deisme. Unitarianisme Amerika adalah turunan langsung dari Unitarianisme Inggris. Pandangan modern yang keliru tentang Trinitas bervariasi. Tetapi tidak ada hal yang baru lagi. Semua kesalahan yang dilakukan oleh teolog-teolog modern sudah pernah terjadi sebelumnya.”[7]
v  PENJELASAN YANG BENAR TENTANG TRINITAS
Secara ringkas kita menggambarkan bahwa “Allah adalah satu dalam esensi dan tiga dalam substansi”[8]. Formula ini memang merupakan misteri dan paradoks tetapi tidak kontradiksi. Suatu kontradiksi akan muncul jika kita mengatakan bahwa “Allah adalah satu dalam esensi dan tiga dalam esensi; atau Allah adalah tiga substansi dan satu subtansi pada saat yang sama dan dalam pengertian yang sama”. Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai esensi-Nya atau keberadaan-Nya, sedangkan keragaman-Nya diskspresikan dalam tiga substansi atau pribadi. Berikut ini merupakan ringkasan ajaran tentang Trinitas.
Pertama, Allah adalah satu dalam esensi. Esensial kesatuan dari Allah didasarkan pada Ulangan 6:4, “dengarlah, hai orang Isreal: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” Kata “esa” adalah kata Ibrani “echad” yang berarti “gabungan kesatuan; satu kesatuan”. Pernyataan ini menekankan bukan hanya keunikan dari Allah tetapi juga kesatuan dari Allah (Bandingkan Yakobus 2:19). Ini berarti bahwa ketiga Pribadi secara esensi tidak terbagi. Kesatuan dari esensi ini juga menekankan bahwa ketiga Pribadi dari Trinitas tidak berarti bertindak secara mandiri dan terpisah. Pernyataan ini penting dalam menangkal ajaran sesat Arianisme dan Socianisme yang menolak kesatuan esensi Anak dan Roh Kudus dengan Bapa.
Kedua, Allah adalah tiga dalam dalam pribadi. Walau istilah “Pribadi” cenderung menimbulkan pemahaman keliru tentang kesatuan dalam Trinitas, tetapi kata ini terus dipertahankan karena tidak ada kata lain yang lebih mendekati kebenaran yang disingkapkan Alkitab tentang Allah Trinitas ini. Istilah “Pribadi” banyak menolong dalam menjelaskan Trinitas, karena kata itu menekankan bukan hanya suatu manifestasi tetapi juga pribadi sebagai persona (individu). Dengan menyatakan bahwa Allah adalah tiga dalam kaitan dengan pribadi hal ini menekankan bahwa (1) adanya distingsi persona dalam Keallahan; (2) setiap Pribadi memiliki esensi yang sama dengan Allah; dan (3) setiap Pribadi memiliki kepenihan Allah. Jadi, Dalam Allah tidak ada tiga pribadi bersama dan terpisah satu sama lain, tetapi hanya perbedaan pribadi diantara esensi Ilahi. Pernyataan tersebut merupkan suatu perbedaan yang penting dari Modalisme atau Sabellianisme, yang mengajarkan bahwa satu Allah hanya memanifestasikan diri-Nya dalam tiga cara yang berbeda.
Ketiga, Ketiga Pribadi memiliki relasi yang berbeda. Diantara Trinitas ada suatu relasi yang diekspresikan dalam arti subsistensi. Bapak tidak dilahirkan dan tidak berasal dari Pribadi manapun; Anak secara kekal berasal dari Bapa (Yohanes 1:18; 3:16,18; 1 Yohanes 4:9). Istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan relasi diatara Trinitas adalah “generatio” dan “prosesi”. Istilah “generation” digunakan untuk menjelaskan bahwa dalam relasi Trinitas Anak secara kekal lahir dari Bapa, Roh Kudus secara kekal berasal dari Bapa dan Anak (Yohanes 14:26; 16:7). Istilah “prosesi” digunakan untuk menjelaskan relasi Trinitarian Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa istilah-istilah ini digunakan untuk menjelaskan relasi di antara Trinitas dan tidak untuk menunjukkan bahwa salah satu pribadi lebih rendah dari pribadi-pribadi lainnya.
Keempat, Ketiga Pribadi setara dalam kekekalan dan otoritas. Meskipun istilah “generatio” dan “prosesi” dapat digunakan dalam hubungan dengan fungsi di antara Trinitas, adalah penting untuk menyadari bahwa ketiga Pribadi adalah secara dalam kekekalan dan otoritas. Bapa diakui sebagai kekal dan berotoritas paling tinggi (1 Korintus 8:6); Anak juga diakui setara dengan Bapa dalam segala hal (Yohanes 5:21-23); Demikian juga Roh Kudus diakui setara dengan Bapa dan Anak (Matius 12:31).”[9]
v  DASAR-DASAR ALKITAB BAGI AJARAN TRINITAS
Ø  Dasar-Dasar Bagi Ajaran Trinitas dalam Perjanjian Lama:
Teks-teks Perjanjian Lama berikut ini memang tidak tuntas dalam menjelaskan Trinitas tetapi mengindikasikan konsep Trinitas di dalam Perjanjian Lama.
1. Penggunaan kata Ibrani “Elohim” untuk Allah “(Kej 1:1 dan ayat lainnya) yang merupakan kata bentuk jamak merupakan indikasi pertama tentang Trinitas dalam Perjanjian Lama. Kata “Elohim” adalah bentuk jamak dari kata benda untuk Allah orang Israel. Kata “Elohim” ini mempunyai bentuk tunggal yaitu “Eloah” yang digunakan antara lain dalam Ulangan 32:15-17; Mazmur 19:32; dan Habakuk 3:3”[10]. Tetapi dalam Perjanjian Lama kata “Eloah” hanya digunakan sebanyak 250 kali, sedangkan kata “Elohim” sekitar 2500 kali. Penggunaan kata bentuk jamak yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya “kejamakan dalam diri Allah”. Jika memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digunakan kata Eloah secara konsisten? Dan mengapa justru menggunakan Elohim jauh lebih banyak dari Eloah? Dengan demikian penggunaan kata Elohim untuk menyebut nama Allah mengindikasikan adanya Trinitas. Jadi, Alkitab menggunakan kata Eloah untuk menyatakan ketunggalan Allah dalam esensi-Nya, dan Elohim untuk menyatakan kejamakan Allah dalam pribadi-Nya.
2. Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang lain (seakan-akan ada lebih dari satu Allah).
“Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran... sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu” (Mazmur 45:7-8). Karena dalam ayat ini Alkitab Indonesia kurang tepat terjemahannya, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini. “Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has anointed Thee” (TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. ... Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau). Ibrani 1:8-9 mengutip ayat ini, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu. “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit” (Kejadian 19:24). TUHAN (YHWH), yang saat itu ada di bumi, menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN (YHWH), dari langit. Jadi kelihatannya ada dua TUHAN (YHWH), satu di bumi, satu di langit”[11].


BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, kita dapat berkata bahwa “doktrin Trinitas menjelaskan batas pemikiran kita yang terbatas. Doktrin Trinitas menuntut kita untuk setia pada wahyu Ilahi yang menyatakan bahwa dalam satu pengertian Allah adalah esa dan dalam pengertian lainnya Dia adalah tiga” . Selanjutnya kita menyimpulkan bahwa:
Pertama, doktrin Trinitas meneguhkan kesatuan Allah di dalam tiga pribadi.
Kedua, doktrin Trinitas bukan merupakan suatu kontradiksi melainkan paradoksi: Allah memiliki satu esensi dan tiga pribadi.
Ketiga, Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) meneguhkan baik keesaan Allah dan Keilahian dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Keempat, ketiga Pribadi di dalam Trinitas dibedakan melalui karya yang dilakukan oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Kelima, Doktrin Trinitas memberikan batasan kepada spekulasi manusia tentang natur Allah.






[1]Dr. Harun Hadiwijono, Iman Kristen,(Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2007)
[2]Dr. Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1,(Yogyakarta : ANDI, 1991), 72
[3]Stephen, Tong,. Allah Tritunggal. Edisi Revisi, Penerbit Momentum: Jakarta 2012.
[4]http://artikel.sabda.org/allah_orang_kristen_ajaran_tentang_allah_trinitas_dalam_alkitab (Tgl 02 Sep. 13)
[5]Yakub B. Susabda Bergaul dan Mengenal Allah
[6] Peter. Wongso,, 1992. Sejarah Gereja. Seminari Alkitab Asia Tenggara: Malang
[7]Charles C. Ryrie Op Cit, 78
[8]Pdt. Samuel T. Gunawan Teolog Protestan-Kharismatik
[9]http://artikel.sabda.org/allah_orang_kristen_ajaran_tentang_allah_trinitas_dalam_alkitab
[10]Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan “The Full Life Study Bible” cetakan tahun 2012 LAI
[11]G.I.Williamson, , 2012. Westminster Confession Of Faith. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latar Belakang Kisah Para Rasul

Latar Belakang Dalam Alkitab terjemahan baru ini disebut “Kisah Para Rasul”. Judul ini dapat kita ikuti jejaknya kembali ke abad yang...