Selasa, 15 Oktober 2019

Pelayanan di Kota Rantepao By Erwin

Paper Pelayanan Desa & Kota

Syalom.,

Manusia pada umumnya berada dalam kawasan yang disebut desa dan kota. Pada penggolongan keduanya masih dibagi kedalam beberapa golongan lagi.

Pada artikel kali ini, penulis mengupload sebuah paper tentang "Pelayanan Di Kota Rantepao".

pada artikel ini akan dibahas juga tentang golongan kota Rantepao.

Jadi, penulis berharap para pembaca untuk menyimak baik-baik.

Tuhan Berkati dan semoga bermanfaat :)


Kunjungi juga artikel terkait Disini



Note: Makalah ini penulis kerjakan sewaktu mengikuti perkuliahan di Sekolah Tinggi Teologi Kibaid Makale :) 



DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................................ i
BAB
I.                   Pendahuluan.............................................................................................. 1
Latar Belakang.......................................................................................... 1
II.                Pengertian dan Dasar Alkitab Pelayanan Kota......................................... 3
Pengertian Pelayanan................................................................................. 3
Pelayanan Dalam Pl................................................................................... 4
Pelayanan Dalam PB................................................................................. 5
III.             Usaha Gereja TerhadapPelayanan Kota Rantepao.................................... 6
Konseling................................................................................................... 6
Penginjilan................................................................................................. 8
IV.             Kesimpulan.............................................................................................. 10
Daftar Pustaka .................................................................................................................. ii



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kota adalah daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja di luar pertanian.[1]
Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling kompleks. Kebanyakan ilmuan berpikir berpendapat bahwa dari segi budaya dan antropologi, ungkapan kota sebaagi ekpresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya adalah penting dan snaagt prlu dioerhatikan. Hal tersebut disebabkan karena permukiaman perkotaan tidak memiliki makna yang berasla dari dirinya sendiri, melainkan dari kehisupan di dalamnya. [2]
            Jadi, kota adalah daerah yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dan bervariasi dalam pekerjaan mereka.
Namun, situasi kota saat ini sangat memberikan banyak dampak akibat dari ledakan penduduk kota-kota yang disebabkan oleh urbanisasi karena daya tarik kota dimana banyak orang-orang desa berduyun-duyun memadati kota-kota, dan yang jelas telah menimbulkan ketidakseimbangan penduduk.
Herlianto mengatakan bahwa, “Ledakan perkotaan”: lebih dari 40 persen penduduk dunia bertempat tinggal di kota-kota-sebelumnya tak pernah sebesar ini.[3]
Situasi ini telah ikut menghasilkan kemerosotan lingkungan khususnya lingkuangan fisik, dan menyebabkan makin meluasnya kemiskinan dan kesenjangan social antar warga kota. Ini telah menjurus pada peningkatan kekerasan dan kejahatan perkotaan. Tetapi yang paling banyak dijumpai di kalangan perkotaan saat ini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh anak remaja dan orang tua. Dalam kehidupan di perkotaan, yang semakin padat penduduk dan kurangnya perhatian, maka semakin merosot pula kerohanian mereka sehingga banyak anak remaja bahkan orang tua yang terjerumus ke dalam pergaulan yang bebas.
Dalam menyikapi hal yang terjadi di perkotaan itu, maka timbul pertanyaan bagaimana Perilaku Umat Kristen Kota, dan bagaimana umat Kristen menyikapi akan hal yang sangat lumrah di jumpai ini ? Penulis memfokuskan pada pelayanan di kota Rantepao.
Ditengah situasi demikian maka patutlah memikirkan Pelayanan kota yang seutuhnya baik dengan bercermin pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

BAB II
PENGERTIAN DAN DASAR ALKITAB PELAYANAN KOTA

Selama ini, segala bentuk pelayanan sudah dilakukan seperti pelayanan Penginjilan, Persekutuan Doa, KKR, Seminar dan lainnya, tetapi masih banyak orang merebut pelayanan itu pada umumnya bersifat vertifikalistis dan belum dilakukan seutuhnya. Oleh karena itu penulis akan membahas tentang apa itu pelayanan.

Pengertian Pelayanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Pelayanan adalah perihal atau cara melayani: atau usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan.”[1]
Pelayanan seutuhnya adalah pelayanan yang mencakup pemberitaan injil baik secara verbal maupun secara perbuatan dan ditunjukkan untuk menjangkau manusia seutuhnya pula yaitu manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh, dan manusia yang mempunyai kaitan-kaitan social, budaya, ekonomi, hukum dan politik dengan lingkungannya.
Memang berbicara mengenai pelayanan seutuhnya orang-orang akan dibawa masuk ke dalam pelayanan yang sering dilupakan yaitu Pelayanan yang Horizontal. Banyak orang curiga dengan pelayanan perkotaan seutuhnya justru dan khususnya pada pelayanan horizontal karena adanya trauma yang terjadi dalam pelayanan Kristen dimana terjadi gerakan Pelayanan Injil social yang cenderung hanya melakuakn pelayanan social kepada sesamanya tetapi mengabaikan pelayanan vertical.
Untuk memahami pelayanan kota sesuai dengan Alkitab, maka penulis akan mengambil pemahaman pelayanan itu dari sudut pandang Alkitab.

Pelayanan Dalam PL
Bumi diciptakan dan dimulai di taman eden di mana manusia masih sedikit dan hidup dalam suasana agraris. Kain yang pembunuh itulah yang mendirikan kota pertama bernama Henokh sesuai nama anaknya (Kej.4:17). Keturunan Kain bernama Lameklah yang menuruni sifatnya dan ialah yang tercatat pertama melakukan poligami dan membunuh beberapa orang (Kej.4:23-24).
Lamekh mempunyai anak bernama Nuh, seorang yang benar dan hidup tidak tercela di antara orang-orang sezamanya sekalipun ia diperanakkan di tengah suasana kehiupan yang dirintis Kain danditeruskan oleh Lamekh yang menghasilkan kehidupan perkotaan penuh kemelut. Ternyata Allah tidak kompromi terhadap umatnya yang sekalipun percaya ternyata tidak menjalankan kehiupan sesuai perintah Tuhan.
Urbanisasi ke kota telah menjadikan manusia arogan dan mendewakan dirinya dengan menara Babelnya. Di tengah kehidupan yang berserakan itulah Tuhan memilih Abraham untuk bertransmigrasi untuk menjadi berkat bagi sesamanya (Kej. 11:6).
Keturunan Abram kemudian meluas dan mendirikan kota-kota dan Yusuf di jual ke mesir yang menyebabkan umat Israel pindah ke Mesir. Dari sinilha kemudian dialami drama keluaran dari Mesir menuju ke Kanaan dipimpin oleh Musa. Pada masa itu juga kelihatan dengan jelas bahwa umat Israel yang sudah beriman itu penuh dengan masalah sosial, ekonomi, hukum dan politis yang perlu dilayani sehingga diangkat para hakim untuk mengadili bangsa.
Jadi, sejak awal prinsip berita kesukaan Firman adalah “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Pelayanan Dalam Perjanjian Baru
Berita Perjanjian Baru berkisar Injil sebagai “eungalion” yaitu “kabar baik mengenai Yesus” yang mencakup mendatangkan shalom bagi eksistensi manusia seutuhnya.
Ketika melihat Yuhan Yesus “sang Raja” itu memberi contoh dengan hidupnya bahwa kelahirannya ,erupakan bukti “solidaritas dengan rakyat jelata” dan “ia tidak lahir di hotel mewah atau rumah vila tetapi di kandang Betlehem. Allah bapa tidak menempatkan Yesus dalam keluarga kaya tetapi dalam keluarga sederhana yaitu tukang kayu. Ternyata kehadiran Yesus adalah untuk menghadirkan kerajaan Allah seutuhnya dan nyata kepada mereka yang membuthkan belas kasihan, bahkan dalam aktivitasnya yang awal Ia mengatakan bahwa misi yang diembannnya adalah pelayanan yang seutuhnya.
Memang benar bahwa Tuhan Yesus pun sering melayani orang kaya, tetapi bukan ditujukan untuk mengumpulkan persembahan mereka atau memperkaya diri, tetapi itu ditujukan untuk mengubah perilaku iman mereka gar menjadi seutuhnya. Mengubah orang-orang yang hanya menjadi berkat bagi dirinya sendiri menjadi berkat bagi orang lain.
Tuhan Yesus mengajarkan Hukum Utama agar kita “Mengasihi Tuhan dengan sepenuhnya”, tetapi hukum kedua menyatakan agar kita “ mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri” (Mat22:37-39), dan mengasihi sesama manusia itu diberi contoh sebagai karya horisontal yaitu :”menunjukkan belas kasihan kepada yang menderit seperti yang dilakukan oleh orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37).
Jadi, Yesus dalam pelayanan lintas budaya tidak memfokuskan pelayanan-Nya di kampung-kampung tetapi sampai ke luar daerah.
BAB III
USAHA GEREJA  TERHADAP PELAYANAN KOTA RANTEPAO

Setelah melihat penjelasan dari Bab II diatas tentang pelayanan dalam PL,  maka pada Bab ini penulis akan membahas tentang Kota Rantepao tindakan gereja terhadap pelayan di kota Rantepao, yaitu melalui bentuk pelayanan Konseling dan Penginjilan.
Kota Rantepao merupaka sebuah daerah yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Toraja Utara. Kota Rantepao terkenal dengan banyaknya pengunjung mancanegara yang sering datang berwisata dan refreshing. Seirign dengan banyaknya wisatwan dan didukung dengan banyaknya objek wisata membuat kota Rantepao menjadi kota yang termasuk dalam kota Eupolis karena penduduknya yang sudah semakin banyak. “Kota Eupolis adalah desa yang bercirikan kota.”[1]

Konseling
Jason Lase, mengutip Carl Rogers dalam bukunya Client Centered Psychoterapy mendefinisikan konseling sebagai proses yang mengusahakan keseimbangan struktur kepribadian konseli, dengan menciptakan rasa aman dalam jalinan hubungan yang bersifat manusiawi dengan konselor dan dengan mengusahakan penerimaan pengalaman masa lampau yang menyakitkan, kemudian menintegrasikannya ke dalam kepribadian yang telah berubah[2].
Dengan demikian, konseling merupakan salah satau sarana yang dapat digunakan dapam upaya pendekatan pelayanan kota dikalangan remaja terutama yang terlibat dalam pergaulan bebas.
            Pada usia remaja kelenjar hormonal mulai berproduksi dan libido pun mulai meningkat. Pada saat itulah keingintahuan mereka tentang segala sesuatu yang berbau seks dan seksualitas sangat besar. Jika mereka tidak dapat menemukan cara yang tepat untuk menyalurkan energy seks mereka yang meluap-luap, hal itu menjadi salah satu bahaya terbesar bagi seorang remaja.
            Hal itulah yang mengkhawatirkan terbesar pada orang tua. Apalagi, mereka tidak tahu bagaimana mengendalikan dorongan seksual remaja putra dan putri mereka[3].
            Karena itu, anak remaja perlu mendapat bimbingan dan penyuluhan terutama dalam hal seks.
            Pertama, menjelaskan makna dan tujuan seks sebagai karunia yang harus dipelihara kekudusannya. Dengan demikian, mereka tidak merasa malu, mengingkari atau merasa salah dengan keberadaan tubuh seksual mereka karena Tuhan menciptakannya untuk kebaikan manusia.
            Kedua, jadikan Alkitab sebagai satu-satunya standar moral dalam pengajaran seks, yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan
            Ketiga, jadikan orang tua, sekolah, gereja, atau lembaga-lembaga yang kompeten dibidang itu sebagai sumber penerangan yang sahih tentang seks.
            Keempat, berikan informasi yang tepat berdasarkan ketentuan ilmiah yang rasional, bukan berdasarkan isu atau mitos.
            Kelima, jangan meremehkan pendapat mereka tentang seks dan seksualitas. Sebaliknya, hargai pendapat mereka, sekaligus koreksi jika terdapat persepsi yang keliru.
            Keenam, jangan menabukan seks karena menabukan seks membuat mereka kebingungan dengan tubuh seksual mereka. Oleh sebab itu, diskusikan secara terbuka sehingga mereka dapat menempatkan diri mereka pada posisi yang tepat ketika suatu saat mereka berhadapan dengan seks itu sendiri.
            Ketujuh, jangan menakut-nakuti mereka dengan berbagi mitos yang menyesatkan. Sebaliknya, berikan informasi yang rasional  sehingga mereka bertumbuh dengan pengenalan yang benar.
            Kedelapan, jangan menertawakan atau memarahi keingintahuan mereka tentang seks. Menertawakan dapat membuat mereka merasa direndahkan, sedangkan memarahi membuat mereka merasa terhina dan perasaan mereka terluka.
            Kesembilan, jauhkan buku-buku, film, majalah, VCD, atau informasi lainnya tentang seks dan seksualitas yang menyesatkan[4].
            Weeks dan L’Abate menyatakan  bahwa strategi yang akan digunakan pada saat-saat tertentu harus di tentukan oleh masing-masing klian dan disesuaikan dengan masalah yang sedang ditangani saat itu[5]

Penginjilan
            Selain konseling, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan perkotaan adalh penginjilan.
Hendrik Sony dalam diktat perkuliahan penginjilan mengatakan bahwa, “Penginjilan ialah usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memperkenalkan syalom Allah yang sudah ada sejak kekal (kairos) yang dimulai dari Allah atau memperjumpakan Kristus kepada manusia yang belum mengenal-Nya yang dilakukan dengan berbagai cara agar manusia tidak binasa, mereka dikuatkan dan menjadi dewasa di dalam bimbingan Roh Kudus.”[6]
            Hidup orang Kristen di dunia ini penuh dengan kendala. Banyak rintangan dan godaan sering menghalangi kemajuan. Tapi ingatlah janji Tuhan, “pencobaan yang dialami ialah pencobaan yang biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 kor. 10:13)[7].
Jadi, penginjilan adalah usaha membawa Syalom kepada manusia untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Eka Darmaputera mengatakan dalam buku Pertumbuhan Gereja bahwa,:
 “sudah saatnya gereja-gereja di Indonesia menanam Injil di tanahnya sendiri agar Injil yang bertumbuh dan berbuah benar-benar dari tanahnya sendiri, bukan buah impor atau buah cangkokan. Inilah yang dapat menjawab dengan telak tuduhan yang ada disekitar kita bahwa agam Kristen adlaah agama asing, bahwa orang Kristen telah tercabut dari akar ke-Indoensiaannya”.[8]

            Kehidupan masyarakat yang hidup di perkotaan mengalami banyak rintangan dan godaan yang menghalangi kemajuan yang sarat dengan kehidupan perkotaan. Selain itu, kemajemukan pula menjadi satu hal yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan perkotaan[9]. Karena itu salah satu pendekatan yang dapat dilakukan kepada masyarakat kota yang adalah masyarakat majemuk adalah penginjilan yang diusahakan dapat menyentuh ke dalah ranah hidup pribadi setiap orang.

Bab IV
Kesimpulan
Kota adalah daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja di luar pertanian. Situasi ini telah ikut menghasilkan kemerosotan lingkungan khususnya lingkuangan fisik, dan menyebabkan makin meluasnya kemiskinan dan kesenjangan social antar warga kota. Karena itu pelayanan di kotak hususnya di rantepao sangat dibutuhkan.




KEPUSTAKAAN
ALkitab:
Lembaga Alkitab Indoensia. 2006.
Buku-buku:
Ellis. D. W Metode Penginjilan. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. 1999.
Hendricks Howard G.. Beritakan Injil Dengan Kasih. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1983.
Herlianto. Pelayanan Perkotaan. Bandung. YABINA. 2000.
Lase. Jason Konseling Pastoral. Bandung: Bina Media Informasi. 2009.
Paatang Hendrik Sony, Materi Perkuliahan Pelayanan Desa dan Kota. 2017
Paattang Hendrik Sony. Materi Perkuliahan Penginjilan 2017
Sopater Sularso. Petrus Octavianus. Pontas Pardede. dkk. Pertumbuhan Gereja. Yogyakarta:        ANDI. 1994.

Surbakti Elisa B.. Konseling Praktis. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 2008.
Yeo. Anthony Konseling. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2001.
Kamus:
Kamus Besara Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Website:
http://e-journal.uajy.acid/482/3/2MTAO1479.pdf




[1] Materi Perkuliahan Pelayanan Desa dan Kota, s.v. “Eupolis”
[2]Jason Lase, Konseling Pastoral, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 13.
[3]Elisa B. Surbakti, Konseling Praktis, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2008), 291.
[4]Ibid, 291-292.
[5]Anthony Yeo, Konseling, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2001), 244.
[6]Hendrik Sony Paattang, Materi Perkuliahan Penginjilan, s.v. “Penginjilan”
[7]D. W Ellis, Metode Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999), 105.

[8]Sularso Sopater, Petrus Octavianus, Pontas Pardede, dkk, Pertumbuhan Gereja, (Yogyakarta:  ANDI, 1994), 167.

[9]Howard G. Hendricks, Beritakan Injil Dengan Kasih, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 115.



[1] KBBI, s.v. “Pelayanan”




[1] KBBI, “kota”
[2] http://e-journal.uajy.acid/482/3/2MTAO1479.pdf. diakses tanggal 8 November 2017
[3] Herlianto, Pelayanan Perkotaan, (Bandung, YABINA, 2000), 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latar Belakang Kisah Para Rasul

Latar Belakang Dalam Alkitab terjemahan baru ini disebut “Kisah Para Rasul”. Judul ini dapat kita ikuti jejaknya kembali ke abad yang...