Minggu, 05 April 2020

Tinjauan Alkitab Tentang Dosa




DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................. i
Bab I : PENDAHULUAN........................................................................................... 1
Latar Belakang.................................................................................................. 1
Bab II: KAJIAN PUSTAKA....................................................................................... 2
Pandangan Alkitab Tentang Dosa dan Implikasinya........................................ 2
Pandangan Alkitab............................................................................... 2
Manusia Mengalami Kematian................................................. 2
Manusia Kehilangan Kemuliaan Allah..................................... 5
Terkena Murka Allah................................................................ 5
Implikasi............................................................................................... 6
Bab III: PENUTUP...................................................................................................... 7
Kesimpulan....................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 8
  

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dari manakah asal usul dosa? Apakah dosa berasal dari Allah? Dosa tidak diperkenalkan oleh Allah, melainkan oleh malaikat dan kemudian umat manusia tatkala keduanya memilih untuk melawan Allah. Dosa merupakan fakta sejarah. Berdasarkan Alkitab, dosa itu nyata, tidak ada yang lebih nyata daripada dosa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa seperti dicatat dalam Alkitab merupakan fakta sejarah.      
Istilah “dosa” bukanlah hal yang baru didengar melainkan hal yang sudah sering diucapkan baik dalam kalangan masyarakat secara umum maupun dalam kalangan orang-orang Kristen secara khusus. Jerry Bridges mengatakan, “Dosa bukan saja merupakan pelanggaran terhadap sebuah perintah tunggal; dosa berarati pengabaian sepenuhnya terhadap hukum Allah, penolakan yang disengaja terhadapa kehendak moral-Nya demi memenuhi keinginan-keinginan pribadi seseorang.”[1] Kemudian Michael Mangis mengatakan, “bahkan jika orang-orang menerima bahwa manusia lahir tercemari dosa asal, masih tersisa ruang untuk kehendak bebas dan tanggungjawab dalam cara-cara spesifik manusia memilih untuk berdosa.[2]
Jadi, dosa adalah ketidaktaatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang diungkapkan melalui pemberontakan dan pelanggaran manusia yang disertai dengan keinginan untuk melakukannya.






BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pandangan Alkitab Tentang Dosa dan Implikasinya
Pandangan Alkitab
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, karakter dari manusia telah berubah di bawah kutuk dosa. Manusia tidak lagi merupakan gambar Allah yang sempurna, manusia tidak lagi hidup dan berpikir seperti sebelum jatuh dalam dosa. Kejatuhan Adam dan Hawa mempunyai dampak yang sangat  luas. Sulit untuk menahan keinginan untuk mengetahui apa yang kira-kira akan terjadi seandainya Adam dan Hawa tidak berdosa. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa akibat-akibat dosa secara umum yaitu:
Manusia Mengalami Kematian
            Sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa, Allah sudah berfirman kepadanya “... pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej. 2:16, 17). Pelanggaran terhadap Firman ini benar-benar mengakibatkan kematian, yaitu:
Pertama, kematian secara rohani. Hal ini langsung terjadi pada hari manusia memakan buah yang Tuhan larang itu. Itulah sebabnya manusia merasa takut dan berusaha untuk bersembunyi terhadap Tuhan Allah diantara pohon-pohon dalam taman itu (Kej. 3:8-10). Manusia yang pada mulanya mempunyai persekutuan yang baik dengan Allah, kini terpisah dari Allah. Ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada satu kerusakan secara rohani, yaitu mati secara rohani.     
            J. Wesley Brill mengatakan,:
“Kematian rohani adalah perceraian roh manusia dari Roh Allah (Mat. 8:22; Luk. 15:32; Yoh. 5:24; 8:51; Roma 8:13; Ef. 2:1). Hukuman mati yang dijatuhkan kepada Adam dan Hawa terutama adalah kematian jiwa atau roh yaitu perceraian dari Allah. Hal ini dialami oleh Adam dan Hawa pada hari mereka memakan buah yang dilarang itu (Kej. 2:17).”[1]

Ketika dosa telah masuk ke dalam diri manusia, maka roh itu mati, dan itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus, “kamu harus dilahirkan kembali” (Yoh. 3:7). Yohanis Calvin mengatakan, “Sebagaimana kehidupan rohani Adam terletak dalam hubungan dan persahabatannya yang akrab dengan penciptanya, begitu pula keterpisahan dari penciptanya berarti kematian jasmaninya, dan tidaklah mengherankan kalau akan membawa kebinasaan.”[2]
            Di sini nyata bahwa kematian rohani pada dasarnya adalah keterpisahan secara rohani manusia dengan Allah, dan manusia tidak lagi mempunyai persekutuan yang baik dengan Allah. Dalam kematian secara secara rohani ini, manusia sama sekali tidak berdaya untuk besekutu kembali dengan Allah. Pada pemandangan Allah menusia telah sesat dan berjalan di dalam kegelapan.
            Kedua, kematian secara jasmani. Ketidaktaatan manusia membuat kematian secara jasmani. Kematian jasmani ini tidak langsung terjadi atas diri Adam dan Hawa pada hari mereka memakan buah yang dilarang Tuhan itu, akan tetapi mulai pada saat itu Tuhan berfirman, “dengan berpeluh engkau akan mencari makanan sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kej. 2:17). Ayat ini berbicara tentang kematian secara jasmani yakni, tubuh yang diambil dari tanah akan kembali ke tanah.
J. Wesley Brill mengatakan, “Kematian jasmani adalah perceraian antara roh dan jasmani yang menyebabkan kerusakan tubuh. Kematian telah datang kepada manusia dari sebab dosa dan kematian adalah upah dosa (Roma 4:12, 6:23), jikalau tidak ada dosa tentu Tuhan menentukan suatu jalan lain bagi orang saleh di bawah ke sorga.”[3]
            Jadi sudah jelas bahwa tubuh yang telah dicemari oleh dosa, yang dimiliki manusia, tidak akan berkenan untuk masuk dalam kerajaan sorga. Menurut Alkitab mati secara jasmani bukanlah akhir hidup manusia, melainkan terpisahnya hidup dari pada manusia.
            Ketiga, kematian kekal. Kematian kekal adalah tidak adanya lagi persekutuan antara Allah dan manusia untuk selamanya. Akibatnya manusia berada dalam ketakutan dan penyesalan, karena tertuduh oleh hatinya. Soedarmono mengatakan, “Maut merupakan perceraian yang kekal antara Tuhan dan manusia. Jikalau manusia terus menerus menolak Allah, kemungkinan yang diberikan oleh Tuhan untuk bertobat akan berakhir. Kemudian manusia akan ditolak oleh Tuhan dan dijatuhi hukuman yang kekal. Inilah yang disebut kematian kekal.”[4]
Jadi, kematian kekal ini adalah akibat dari kematian rohani dan sekaligus merupakan puncak dari kematian rohani. Yang dimaksudkan Alkitab secara rohani atau kematian kekal adalah suatu kehidupan yang berada dalam penghukuman api penghukuman kekal (Why. 21:8) manusia tidak mengalami kematian kekal jika ia menerima Tuhan Yesus yang telah menanggung hukuman dosa seluruh manusia yang percaya kepada-Nya (Yoh. 3:16, Kis. 4:12).
Manusia Kehilangan Kemuliaan Allah
            Telah dijelaskan bahwa penciptaan manusia oleh Allah adalah baik adanya. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia dari semua ciptaan Allah. Kemuliaan Allah pada diri manusia itu nampak dalam hal manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia yang dipenuhi kemuliaan Allah itu mengalami perubahan tatkala manusia kehilangan kemuliaan Allah. Paulus mengatakan dalam surat surat Roma, “karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.”(Rm 3:23. Perasaan malu akhirnya tumbuh dalam diri manusia dan mereka menyadari bahwa ternyata mereka telanjang. Sehingga mereka harus menutupi tubuh mereka yang telanjang dengan daun dan membuat cawat untuk menutupi kemaluan mereka. Itu bermula dari taman Eden dan berkelanjutan sampai sekarang. Matthew Henry mengatakan, “Akibat pemberontakan itu manusia mengalami tekanan malu dan takut…perasaan-perasaan bersalah menguasai mereka…mata mereka telah terbuka dan mereka mendapati diri mereka telanjang.”[5]
Terkena Murka Allah
            Di dalam Alkitab murka Allah sering diberitakan sebagai hukuman yang baru akan tejadi kelak pada akhir jaman. Jadi di dalam Alkitab sering ada ungkapan: murka yang akan datang (Mat. 3:7; Luk. 3:7; 1 Tes. 1:10; Rom 2:5). Roma 1:18 berbunyi, “Karena murka Allah dinyatakan dari surga atas segala keadaan fasik dan kelaliman orang, yan gmenembuskan kebenaran dengan kelaliman.”[6]  
H. Hadiwijono mengatakan, “bahwa sekarang ini juga Allah sedang menyatakan murka-Nya…manusia dibiarkan oleh Allah di dalam segala keinginan kepada yang cemar dan yang najis…sehingga murka Allah bukanlah hanya dinyatakan kepada orang kafir yang hidup tanpa Allah, melainkan juga dengan orang Israel yang hidup dengan Tuhan.”[7]

Implikasi
            Ada banyak orang mengira bahwa dosa itu hanya terbatas pada perkara-perkara yang lahir saja. Asal tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu dan sebagainya orang kadang-kadang tidak merasa berdosa. Sebagai orang percaya hendaknya memiliki pegangan yang kuat, perlu menyelidiki tentang dosa seperti yang tercantum dalam Kej, 3:1-7. Jadi, hakekat dosa itu bukan hanya tidak percaya kepada Allah, melanggar perintah-Nya, tidak taat atas perintah-Nya, tetapi juga memusuhi atau memberontak terhadap Allah.
            Allah berjanji akan memberikan pengampunan kepada mereka yang mau datang berseru dan bertobat kepada-Nya. Jika hal itu tidak dilakukan maka pasti murka Allah akan nyata bagi mereka yang tidak mengindahkan perintah Allah tersebut. Orang percaya harus memperlihatkan kehidupan mereka sebagai orang-orang yang telah merdeka dari perbudakan Dosa. Jerry Bridges dalam bukunya yang berjudul Respectable Sins mengatakan, “kita perlu bersikap cukup jujur dan rendah hati untuk mengakui dosa-dosa kita yang tersembunyi untuk dapat mengalami kasih yang berasal dari pengampunan terhadap dosa-dosa itu. Tetapi kita juga harus menghadapi dosa-dosa itu untuk memberskannya.”[8]
            Jadi, langkah-langkah untuk bisa mengatasi dosa-dosa itu adalah mengakuinya dan bertobat. Harus memiliki iman yang teguh di dalam Kristus yang telah menebus manusia dari perbudakan dosa.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, dosa merupakan suatu perbuatan yang melanggar perintah atau hukum Allah atau ketidaktaatan manusia kepada Allah Sang pencipta. Maka setelah manusia jatuh ke dalam dosa karakter dari manusia telah berubah di bawah kutuk dosa. Manusia tidak lagi merupakan gambar Allah yang sempurna, manusia tidak lagi hidup dan berpikir seperti sebelum jatuh dalam dosa.
Karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa, maka tidak mungkin manusia mampu menyelamatkan diri-Nya sendiri tanpa pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Oleh karena itu, Allah mengambil inisiatif sendiri untuk menyelamatkan manusia menuju kepada keselamatan dengan cara Ia langsung menyatakan rencana-Nya untuk melepaskan dan menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.




KEPUSTAKAAN
Alkitab:
Lembaga Alkitab Indonesia. 2002.
Buku-buku:
Bridges. Jerry. Respectable Sins. Bandung: Pionir Jaya. 2009.
Brill. J. Wesley. Dasar Yang Teguh. Bandung: Kalam Hidup. n.d.
Calvin. Yohanis. Institutio. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1985.
Hadiwijono. H. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1973.
Henry. Matthew. Kitab Kejadian. Surabaya: Momentum. 2014.
Mangis. Michael. Dosa Ciri Diri Menjinakkan Kecenderungan Liar Hati Kita. Jakarta:       Waskita. 2011.

Soedarmono. R. Ikhtisar Dokmatika. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1982.




[1]J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, (Bandung: Kalam Hidup, n.d.), 189.
[2]Yohanis Calvin, Institutio, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 47.
[3]Ibid, J.Wesley Brill, 189.
[4]R. Soedarmono, Ikhtisar Dokmatika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 127.
[5] Matthew Henry, Kitab Kejadian, (Surabaya: Momentum, 2014), 76-78.
[6] Roma 1:18 (TB)
[7] H. Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973), 184.
[8] Jerry Bridges, Respectable Sins, (Bandung: Pionir Jaya, 2009), 203.


[1] Jerry Bridges, Respectable Sins, (Bandung: Pionir Jaya, 2009), 21.
[2] Michael Mangis, Dosa Ciri Diri Menjinakkan Kecenderungan Liar Hati Kita, (Jakarta: Waskita, 2011), 3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latar Belakang Kisah Para Rasul

Latar Belakang Dalam Alkitab terjemahan baru ini disebut “Kisah Para Rasul”. Judul ini dapat kita ikuti jejaknya kembali ke abad yang...