DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................. i
Bab
I : PENDAHULUAN........................................................................................... 1
Latar
Belakang.................................................................................................. 1
Bab II: KAJIAN PUSTAKA....................................................................................... 2
Pandangan Alkitab Tentang Dosa dan
Implikasinya........................................ 2
Pandangan
Alkitab............................................................................... 2
Manusia
Mengalami Kematian................................................. 2
Manusia
Kehilangan Kemuliaan Allah..................................... 5
Terkena
Murka Allah................................................................ 5
Implikasi............................................................................................... 6
Bab III: PENUTUP...................................................................................................... 7
Kesimpulan....................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 8
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dari manakah asal usul dosa? Apakah
dosa berasal dari Allah? Dosa tidak diperkenalkan oleh Allah, melainkan oleh
malaikat dan kemudian umat manusia tatkala keduanya memilih untuk melawan
Allah. Dosa merupakan fakta sejarah. Berdasarkan Alkitab, dosa itu nyata, tidak
ada yang lebih nyata daripada dosa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa seperti
dicatat dalam Alkitab merupakan fakta sejarah.
Istilah “dosa” bukanlah hal yang
baru didengar melainkan hal yang sudah sering diucapkan baik dalam kalangan
masyarakat secara umum maupun dalam kalangan orang-orang Kristen secara khusus.
Jerry Bridges mengatakan, “Dosa bukan saja merupakan
pelanggaran terhadap sebuah perintah tunggal; dosa berarati pengabaian
sepenuhnya terhadap hukum Allah, penolakan yang disengaja terhadapa kehendak
moral-Nya demi memenuhi keinginan-keinginan pribadi seseorang.”[1]
Kemudian Michael Mangis mengatakan, “bahkan jika orang-orang menerima bahwa
manusia lahir tercemari dosa asal, masih tersisa ruang untuk kehendak bebas dan
tanggungjawab dalam cara-cara spesifik manusia memilih untuk berdosa.[2]
Jadi, dosa adalah ketidaktaatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan
yang diungkapkan melalui pemberontakan dan pelanggaran manusia yang disertai dengan keinginan untuk melakukannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pandangan Alkitab Tentang Dosa dan Implikasinya
Pandangan
Alkitab
Setelah
manusia jatuh ke dalam dosa,
karakter dari manusia telah berubah di bawah kutuk dosa. Manusia tidak lagi
merupakan gambar Allah yang sempurna, manusia tidak lagi hidup dan berpikir
seperti sebelum jatuh dalam dosa. Kejatuhan Adam
dan Hawa mempunyai dampak
yang sangat luas. Sulit untuk menahan
keinginan untuk mengetahui apa yang kira-kira akan terjadi seandainya Adam dan
Hawa tidak berdosa. Di bawah
ini akan dijelaskan beberapa akibat-akibat dosa secara umum yaitu:
Manusia Mengalami Kematian
Sebelum kejatuhan manusia ke dalam
dosa, Allah sudah berfirman kepadanya “... pada hari engkau memakannya,
pastilah engkau mati.” (Kej. 2:16, 17).
Pelanggaran
terhadap Firman ini benar-benar mengakibatkan kematian, yaitu:
Pertama,
kematian secara rohani. Hal ini langsung terjadi pada hari manusia memakan buah
yang Tuhan larang itu. Itulah sebabnya manusia merasa takut dan berusaha untuk
bersembunyi terhadap Tuhan Allah diantara pohon-pohon dalam taman itu (Kej.
3:8-10). Manusia yang pada mulanya mempunyai persekutuan yang baik dengan
Allah, kini terpisah dari Allah. Ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada
satu kerusakan secara rohani, yaitu mati secara rohani.
J. Wesley Brill mengatakan,:
“Kematian rohani
adalah perceraian roh manusia dari Roh Allah (Mat. 8:22; Luk. 15:32; Yoh. 5:24;
8:51; Roma 8:13; Ef. 2:1). Hukuman mati yang dijatuhkan kepada Adam dan Hawa
terutama adalah kematian jiwa atau roh yaitu perceraian dari Allah. Hal ini
dialami oleh Adam dan Hawa pada hari mereka memakan buah yang dilarang itu
(Kej. 2:17).”[1]
Ketika dosa telah masuk ke dalam
diri manusia, maka roh itu mati, dan itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada
Nikodemus, “kamu harus dilahirkan
kembali” (Yoh. 3:7). Yohanis Calvin mengatakan, “Sebagaimana kehidupan rohani
Adam terletak dalam hubungan dan persahabatannya yang akrab dengan penciptanya,
begitu pula keterpisahan dari penciptanya berarti kematian jasmaninya, dan
tidaklah mengherankan kalau akan membawa kebinasaan.”[2]
Di sini nyata bahwa kematian rohani
pada dasarnya adalah keterpisahan secara rohani manusia dengan Allah, dan
manusia tidak lagi mempunyai persekutuan yang baik dengan Allah. Dalam kematian
secara secara rohani ini, manusia sama sekali tidak berdaya untuk besekutu
kembali dengan Allah. Pada
pemandangan Allah menusia telah sesat dan berjalan di dalam kegelapan.
Kedua,
kematian secara jasmani. Ketidaktaatan manusia membuat kematian secara jasmani.
Kematian jasmani ini tidak langsung terjadi atas diri Adam dan Hawa pada hari
mereka memakan buah yang dilarang Tuhan itu, akan tetapi mulai pada saat itu Tuhan
berfirman, “dengan berpeluh engkau akan mencari makanan sampai engkau kembali
lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil sebab engkau debu dan
engkau akan kembali menjadi debu” (Kej. 2:17). Ayat ini berbicara
tentang kematian secara jasmani yakni, tubuh yang diambil dari tanah akan
kembali ke tanah.
J. Wesley Brill mengatakan,
“Kematian jasmani adalah perceraian antara roh dan jasmani yang menyebabkan
kerusakan tubuh. Kematian telah datang kepada manusia dari sebab dosa dan
kematian adalah upah dosa (Roma 4:12, 6:23), jikalau tidak ada dosa tentu Tuhan
menentukan suatu jalan lain bagi orang saleh di bawah ke sorga.”[3]
Jadi sudah jelas bahwa tubuh yang
telah dicemari oleh dosa, yang dimiliki manusia, tidak akan berkenan untuk
masuk dalam kerajaan sorga. Menurut Alkitab mati secara jasmani bukanlah akhir
hidup manusia, melainkan
terpisahnya hidup dari pada manusia.
Ketiga,
kematian kekal. Kematian kekal adalah tidak adanya lagi persekutuan antara
Allah dan manusia untuk selamanya. Akibatnya manusia berada dalam ketakutan dan
penyesalan, karena tertuduh oleh hatinya. Soedarmono mengatakan, “Maut
merupakan perceraian yang kekal antara Tuhan dan manusia. Jikalau manusia terus
menerus menolak Allah, kemungkinan yang diberikan oleh Tuhan untuk bertobat
akan berakhir. Kemudian manusia akan ditolak oleh Tuhan dan dijatuhi hukuman
yang kekal. Inilah yang disebut kematian kekal.”[4]
Jadi, kematian kekal ini
adalah akibat dari kematian rohani dan sekaligus merupakan puncak dari kematian
rohani. Yang dimaksudkan Alkitab
secara rohani atau kematian kekal adalah suatu kehidupan yang berada dalam
penghukuman api penghukuman kekal (Why. 21:8) manusia tidak mengalami kematian
kekal jika ia menerima Tuhan Yesus yang telah menanggung hukuman dosa seluruh manusia
yang percaya kepada-Nya (Yoh. 3:16, Kis. 4:12).
Manusia Kehilangan Kemuliaan Allah
Telah dijelaskan bahwa penciptaan
manusia oleh Allah adalah baik adanya. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling
mulia dari semua ciptaan Allah. Kemuliaan Allah pada diri manusia itu nampak
dalam hal manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia yang
dipenuhi kemuliaan Allah itu mengalami perubahan tatkala manusia kehilangan
kemuliaan Allah. Paulus
mengatakan dalam surat surat Roma, “karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah.”(Rm 3:23. Perasaan malu akhirnya tumbuh dalam
diri manusia dan mereka menyadari bahwa ternyata mereka telanjang. Sehingga
mereka harus menutupi tubuh mereka yang telanjang dengan daun dan membuat cawat
untuk menutupi kemaluan mereka. Itu bermula dari taman Eden dan berkelanjutan
sampai sekarang. Matthew Henry mengatakan, “Akibat pemberontakan itu manusia
mengalami tekanan malu dan takut…perasaan-perasaan bersalah menguasai
mereka…mata mereka telah terbuka dan mereka mendapati diri mereka telanjang.”[5]
Terkena Murka Allah
Di
dalam Alkitab murka Allah sering diberitakan sebagai hukuman yang baru akan
tejadi kelak pada akhir jaman. Jadi di dalam Alkitab sering ada ungkapan: murka
yang akan datang (Mat. 3:7; Luk. 3:7; 1 Tes. 1:10; Rom 2:5). Roma 1:18
berbunyi, “Karena murka Allah dinyatakan dari surga atas segala keadaan fasik
dan kelaliman orang, yan gmenembuskan kebenaran dengan kelaliman.”[6]
H. Hadiwijono mengatakan, “bahwa sekarang ini juga
Allah sedang menyatakan murka-Nya…manusia dibiarkan oleh Allah di dalam segala
keinginan kepada yang cemar dan yang najis…sehingga murka Allah bukanlah hanya
dinyatakan kepada orang kafir yang hidup tanpa Allah, melainkan juga dengan
orang Israel yang hidup dengan Tuhan.”[7]
Implikasi
Ada
banyak orang mengira bahwa dosa itu hanya terbatas pada perkara-perkara yang
lahir saja. Asal tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu dan sebagainya
orang kadang-kadang tidak merasa berdosa. Sebagai orang percaya hendaknya memiliki
pegangan yang kuat, perlu menyelidiki tentang dosa seperti yang tercantum dalam
Kej, 3:1-7. Jadi, hakekat dosa itu bukan hanya tidak percaya kepada Allah,
melanggar perintah-Nya, tidak taat atas perintah-Nya, tetapi juga memusuhi atau
memberontak terhadap Allah.
Allah
berjanji akan memberikan pengampunan kepada mereka yang mau datang berseru dan
bertobat kepada-Nya. Jika hal itu tidak dilakukan maka pasti murka Allah akan
nyata bagi mereka yang tidak mengindahkan perintah Allah tersebut. Orang percaya
harus memperlihatkan kehidupan mereka sebagai orang-orang yang telah merdeka
dari perbudakan Dosa. Jerry Bridges dalam bukunya yang berjudul Respectable Sins mengatakan, “kita perlu
bersikap cukup jujur dan rendah hati untuk mengakui dosa-dosa kita yang
tersembunyi untuk dapat mengalami kasih yang berasal dari pengampunan terhadap
dosa-dosa itu. Tetapi kita juga harus menghadapi dosa-dosa itu untuk
memberskannya.”[8]
Jadi,
langkah-langkah untuk bisa mengatasi dosa-dosa itu adalah mengakuinya dan
bertobat. Harus memiliki iman yang teguh di dalam Kristus yang telah menebus
manusia dari perbudakan dosa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa, dosa merupakan suatu perbuatan yang melanggar perintah atau
hukum Allah atau ketidaktaatan manusia kepada Allah Sang pencipta. Maka
setelah manusia jatuh ke dalam dosa karakter dari manusia telah berubah di
bawah kutuk dosa. Manusia tidak lagi merupakan gambar Allah yang sempurna,
manusia tidak lagi hidup dan berpikir seperti sebelum jatuh dalam dosa.
Karena manusia sudah jatuh ke dalam
dosa, maka tidak mungkin manusia mampu menyelamatkan diri-Nya sendiri tanpa
pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Oleh karena itu, Allah mengambil
inisiatif sendiri untuk menyelamatkan manusia menuju kepada keselamatan dengan
cara Ia langsung menyatakan rencana-Nya untuk melepaskan dan menyelamatkan
manusia dari kuasa dosa.
KEPUSTAKAAN
Alkitab:
Lembaga Alkitab Indonesia.
2002.
Buku-buku:
Bridges. Jerry. Respectable
Sins. Bandung: Pionir Jaya. 2009.
Brill. J. Wesley. Dasar Yang Teguh. Bandung:
Kalam Hidup.
n.d.
Calvin. Yohanis. Institutio. Jakarta: BPK Gunung
Mulia. 1985.
Hadiwijono. H. Iman
Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1973.
Henry. Matthew. Kitab Kejadian. Surabaya: Momentum. 2014.
Mangis. Michael.
Dosa Ciri Diri Menjinakkan Kecenderungan
Liar Hati Kita. Jakarta: Waskita.
2011.
Soedarmono. R. Ikhtisar Dokmatika. Jakarta: BPK Gunung
Mulia. 1982.